Depokrayanews.com -Survey yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2016, menunjukan bahwa 23,4 persen pelajar SMP di Kota Depok merupakan perokok aktif. Angka ini lebih tinggi dari angka rata-rata nasional yang hanya 20 persen.
“Survey juga menyebutkan bahwa satu dari lima pelajar SMP merupakan perokok aktif,” kata Kepala BPJS Kesehatan Cabang Kota Depok, Maya Febriyanti Purwandari pada acara peresmian program promotif preventif Tinggalkan Rokok ( Ti-Rock) di SMP Negeri 11, Sukatani, Kecamatan Tapos, Senin (11/9/2017).
Hadir pada acara itu Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Pendaa) Dinas Pendidikan Kota Depok, Mulyadi dr Mira Miranti dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok dan Kepala SMP Negeri 11 Depok, Lia.
Mwnurut Maya, karakteristik usia pelajar SMP yang sudah merokok itu adalah berusia antara 13 – 15 tahun.
Maya menyebut dampak rokok bagi pelajar antara lain akan mempengaruhi tumbuh kembangnya dan akan menimbulkan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah sehingga pelajar akan sering mengalami batuk dan pilek, penyakit asma, penyakit telinga tengah, kelambatan pertumbuhan dan menurunnya fungsi paru.
Merokok menjadi suatu kebiasaan yang berbahaya karena rokok bersifat adiktif (menyebabkan ketergantungan), di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya dengan 69 bahan kimia tersebut merupakan karsinogenik (zat yang dapat memicu timbulnya kanker).
Zat karsinogenik tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok melainkan bagi orang sekelilingnya yang ikut menghirup asap rokok.
Karena itu BPJS Kesehatan menyelenggarakan program promotif preventif spesifik daerah berupa penanggulangan bahaya rokok terhadap pelajar di wilayah Jabodetabek, yaitu melalui program Ti-Rock (Anti Rokok), bagai bentuk kepedulian terhadap seluruh pelajar, generasi penerus bangsa.
BPJS Kesehatan Kantor Cabang Depok akan menginisiasi pelaksanaan Ti Rock pada SMP N 11 Depok dan SMA N 04 Depok, dengan target 100 pelajar di masing-masing sekolah.
Tujuan program Ti-Rock adalah memberikan pemahaman bahaya rokok, menurunkan jumlah pelajar perokok di tingkat sekolah menengah pertama dan atas di Kota Depok, serta meningkatkan kualitas kesehatan pesertanya.
“Makanya setiap peserta pelajar perokok harus memiliki kesadaran hidup sehat,” kata Maya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdik Depok, Mulyadi kaget mendengar hasil kajian yang dilakukan Universitas Indonesia bersama Dinas Kesehatan.
“Ini harus menjadi perhatian semua pihak, bukan hanya guru, tapi juga orangtua. Sebagian besar pelajar merokok karena melihat orangtuanya merokok,” kata Mulyadi.
Mantan kepala sejumlah SMP negeri Depok itu mengingatkan semua pihak bahwa Depok sudah punya Perda nomor 3 Tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok yang berlaku efektif Januari 2015.
“Lingkungan dunia pendidikan adalah salah satu kawasan tanpa rokok. Guru dan pegawai sekolah tidak boleh merokok di kawasan sekolah, apalagi pelajar, ” tegas Mulyadi.
Menurut Mulyadi, kebiasaan merokok tumbuh mulai dari usia sekolah terutama pada sekolah tingkat pertama.
Merokok bagi sebagian pelajar dianggap sebagai jati diri untuk dapat diterima di lingkungannya.
Karena itu Mulyadi menyambut baik program promotif preventif yang dilakukan BPJS Kesehatan Cabang Kota Depok dengan takeline Tinggalkan Rokok.
“Ini sebuah pesan yang sangat bermakna bahwa dalam usia sekolah jangan sampai terganggu oleh penyakit yang disebabkan oleh merokok,” kata Mulyadi.
Bila semua sehat tentu bisa menyerap pelajaran dengan baik dan pada akhirnya melahirkan pelajar pelajar cerdas tanpa rokok.
Lia, Kepala SMP Negeri 11 Depok sangat gembira sekolahnya dijadikan proyek percontohan program Tinggalkan Rokok.
“Kami berterima kasih kepada BPJS Kesehatan telah memilih sekolah kami tempat pelaksanaan program Tinggalkan Rokok, ” kata Lia.
Dokter Mira Miranti dari IDI Kota Depok pada kesempatan itu membedah anatomi atau kandungan rokok, yang sebagian besar mengandung bahan bahan berbahaya.
“Rokok membunuh kita secara berlahan. Kalau rokok bisa membunuh orang seketika maka akan banyak orang berhenti merokok, ” kata Mira. (red)
Comment