DepokRayanews.com- Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengumpulkan ratusan calon anggota legislatif se Jawa Barat yang akan maju pada Pileg 2019 mendatang, di Bukit Indah Purwakarta, Rabu (21/2/2018).
Calon Wakil Gubernur Jabar itu kemudian memberikan pembekalan dan wejangan dengan blak-blakan tentang banyak hal mulai dari perekrutan calon legislatif, strategi kampanye sampai setelah terpilih sebagai anggota dewan.
Dedi menekankan sebuah kebijakan yang harus dijalankan para kadernya yang akan maju sebagai caleg itu.
Kebijakan yang digulirkannya rada unik tapi dinilai menarik dan bakal mendapat respon positif, terutama dari pemilih perempuan.
“Caleg laki-laki yang telah beristri, kalau sudah terpilih menjadi anggota dewan, dilarang keras nikah lagi. Ini kebijakan yang harus dijalankan oleh seluruh caleg yang terpilih nanti,” kata Dedi.
Menurut Dedi, dia tidak main-main dengan kebijakannya itu. Dedi telah menyiapkan sanksi tegas bagi para caleg yang tak menaati amanatnya itu.
“Sanksinya yakni pergantian antar waktu (PAW) bagi yang bersangkutan,” tegas Dedi yang sering berpidato menggunakan Bahasa Sunda yang halus.
“Kalau memang ingin menikah lagi ya boleh. Dengan catatan, istrinya sudah meninggal atau ditinggal kabur istri,” kata Dedi.
Menurutnya, kebijakannya ini merupakan bentuk komitmen Partai Golkar di Jawa Barat terhadap seorang ibu. Selain itu, juga menjadi bagian dari ikhtiar partainya dalam menjaga fokus kadernya saat menjalankan amanat rakyat di parlemen nanti.
“Ya gak elok saja. Di saat susah dan berjuang mati-matian sama istri pertama, giliran terpilih malah nambah istri. Terus nanti kalau istrinya banyak, malah ngurusin istri-istrinya bukan fokus ngurusin rakyat,” kata Dedi menjelaskan.
Sesekali Dedi menyampaikan sindiran-sindiran dengan guyonan yang kocak sehingga memancing ratusan caleg itu.
Dedi juga meminta caleg untuk menguasai bahasa daerah masyarakat di wilayah pemilihannya.
“Bahasa ini bisa menjadi jembatan komunikasi yang baik dengan lingkungan masyarakat sekitar,” kata Dedi yang sering blusukan ke kampung-kampung.
Menurut Dedi kultur Jawa Barat sangat kaya akan bahasa daerah mulai wilayah Priangan, Pakuan, Panturaan dan Sunda Betawi di perbatasan Jawa Barat dan Jakarta. Semuanya memiliki ciri khas bahasa yang berbeda.
“Ini soal memahami keinginan masyarakat. Kalau tidak bisa menggunakan bahasa mereka, bagaimana kita bisa paham apa keinginan mereka?,” kata dia.
Menurut Dedi, seluruh kebijakan itu mulai saat ini sudah menjadi panduan bagi Tim Penjaringan Calon Anggota Legislatif DPD Golkar Jawa Barat.
Dedi juga memberi semangat parap caleg untuk berlomba membuat yang terbaik bagi masyarakat. “Sering turun ketemu masyarakat, ngobrol supaya kita tahu apa aspirasi masyarakat,” kata Dedi yang menyebut Jokowi sebagai contoh pemimpin yang senang blusukan menyapa masyarakat. (red)
Comment