DepokRayanews.com- Ketika Persija memecat pelatih asal Spanyol, Julio Banuelos, tiba-tiba muncul Sudirman untuk menggantikannya, meski masih untuk sementara (caretaker). Sudirman bukan orang baru di Persija, karena dia pernah menjadi pemain Timnas di era 1990-an.
Sebelum didaulat jadi pelatih Persija, Sudirman berkiprah sebagai pelatih Persija Junior. Ia juga cukup lama jadi asisten pelatih Berti Tutuarima di tim tersebut. Sudirman pernah menjadi asisten pelatih nasional Benny Dollo, untuk menghadapi kejuaraan sepakbola Pra Piala Asia 2011.
Sosok yang mulai merumput di Pekanbaru, Riau, ini pernah menjadi asisten Ivan Kolev pada 2006 untuk tim PSSI U-16, serta asisten pelatih Bambang Nurdiansyah untuk PSSI U-19 pada 2007 itu akan membantu asisten lainnya yakni rekannya semasa di timnas dulu Widodo Cahyo Putro.
Sewaktu aktif menjadi pemain, Sudirman berposisi sebagai pemain belakang, kala itu masih mengunakan sistem libero, pemain di depan kiper. Sudirman merupakan libero tangguh Timnas Indonesia.
Menariknya, keluarga Sudirman boleh disebut keluarga atlet. Di menikah dengan pemain bola voli nasional Tri Wahyuni, pasangan ini memiliki putri sebagai atlet voli yang masuk timnas putri Indonesia, yakni Nandita Ayu Salsabila.
Rupanya darah sepakbola Sudirman mengalir deras kepada anak lelakinya. Bak pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Ya, itulah anak Sudirman, Risky Muhammad Sudirman, dipercaya sebagai kiper Tim Nasional U-16.
Risky menjadi salah satu andalah skuat asuhan Fachri Husaini pada Grup A Piala AFF U-16 2018 yang lalu. (Dikeluarga itu, Sudirman-Tri Wahyuni memiliki tiga anak,yakni Nandita Ayu Salsabila, Tasya Aprilia Putri, Rizky Muhammad Sudirman).
Sudirman mengawali karir di klub Arseto Solo (1988-1996), lantas berganti-ganti klub, antara lain Bandung Raya (1996-1998), Pelita Jaya (1998-2000), PSPS Pekanbaru (2000/2001), Persikaba Badung (2001/2002) dan Persid Jember (2002).
Sebelum di Arseto Sudirman adalah didikan PS Angkasa Pekanbaru, Diklat Sepakbola Medan dan Diklat Ragunan. Dia kenyang dengan pengalaman di berbagai tempat penggemblengan.
Untuk karir melatih, Sudirman mengawalinya di klub Argo Pantes (2000), lantas Persid Jember (2002), Persisam Samarinda (2004), Persika Kota Baru (2006).
Lanjut jadi asisten tim nasional U-17 (2006) , asisten tim nasional U-19 (2007) dan asisten tim nasional U-21 (2008), asisten pelatih pertahanan timnas senior Benny Dollo, untuk menghadapi kejuaraan sepakbola Pra Piala Asia 2011 di penghujung tahun 2008
Dulu sewaktu main sering disapa “Jenderal” (julukan ini rupanya karena namanya asama dengan Jenderal Besar Sudirman).
Sudirman mulai merumput sebagai pemain sepakbola di lapangan Simpang Tiga, yang terletak di kompleks AURI di Pekanbaru. Saat itu ia duduk di kelas V SD, namun langsung terpilih masuk tim Pekan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (POPS) Riau saat di bangku kelas II SMP.
Bakat Sudirman sebagai pesepakbola berasal dari ayahnya Atam Sudradjat yang pernah tampil membawa tim sepakbola AURI ketika pembukaan Ganefo tahun 1962 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Berawal dari POPSI itu, Sudirman pun langsung ditarik Diklat Medan dan bertemu dengan Perry Sandria, Iwan Setiawan, Toyo Haryono dan Rehmalem Perangin-angin. Dari Diklat Medan, Sudirman kembali direkruit ke Diklat Ragunan, sekolah pencetak atlet nasional.
SEA Games 1991 di Manila Pilipina, merupakan puncak karir bagi Sudirman sebagai sepakbola nasional. Kala itu, Timnas sepakbola Indonesia untuk pertama kalinya sukses meraih medali emas di kancah negara-negara Asia Tenggara ini, dan sampai sekarang belum terulang lagi.
Di bawah pelatih Anatoly Polusin, TImnas Indonesia mengalahkan musuh bebuyutan Thailand lewat adu tendangan pinalti. Pemain dalam tim itu antara lain, Aji Santoso, Bambang Nurdiansyah, Eddy Harto, Erick Ibrahim, Ferryl Raymond Hattu, Hanafing, Heriansyah, Herry Setiawan, Kashartadi, Maman Suryaman, Peri Sandria, Rochy Putiray, Robby Darwis, Salahuddin, Sudirman, Toyo Haryono, Widodo Putro, Yusuf Ekodono.
Karirnya sebagai pesepakbola dihentikan setelah mengalami cedera retak tulang fibula dan harus menjalani operasi hernia fermoralis ketika berlatih bersama Arseto Solo di tahun 1995. Arseto merupakan tempat dia memperoleh gelar ‘Jenderal’. Panggilan itu pertama dilontarkan darai sang pelatih, yakni Danurwindo, sebutna ini juga karena posisinya sebagai Libero.
Saat vacum di lapangan hijau itulah, dia manfaatkan untuk menikahi gadis pujaannya sekaligus pebolavoli nasional Tri Wahyuni, yang saat itu sedang mengikuti pemusatan latihan tim nasional bola voli ke SEA Games Chiang Mai, Thailand.
Sedangkan karir melatihnya diawali dari klub Argo Pantes (2000), Persid Jember (2002), Persisam Samarinda (2004), Persika Kota Baru (2006), asisten tim nasional U-17 (2006) , asisten tim nasional U-19 (2007) dan asisten tim nasional U-21 (2008).
Soal bakatnya sebagai pesepakbola, menurut Sudirman, diturunkan dari darah ayahnya Atam Sudradjat . Menurut Sudirman, ayahnya dulu selalu memotivasinya agar bisa bermain di lapangan hijau Senayan. “Tapi sekarang ayah saya balik membanggakan saya, karena saya sudah berkali-kali tampil di Senayan, ” ujarnya.
Lantaran ayah, istri dan dirinya seorang atlet, Sudirman pun menurunkan bakatnya sebagai olahragawan kepada putra-putrinya. Dia selalu setia mengantarkan Rizky, anak bungsunya, berlatih di Sekolah Sepak Bola Villa 2000 di daerah Pamulang maupun dua putrinya Nandita dan Tasya–ke Stadion Madya di kawasan Gelora Bung Karno.
Setelah 23 tahun menjadi pelaku sepak bola–menjadi pemain dan pelatih—Sudirman kini telah mencapai puncak karirnya. Setelah merasakan sebagai pemain timnas, saat ini dia diminta menukangi timnas sebagai asisten lini pertahanan.
Dengan tugas itu, Sudirman melupakan sejenak obsesinya beberapa waktu lalu untuk melatih klub dari kota kelahirannya, yakni PSPS Pekanbaru dan Persih Inhil.
“Waktu itu, saya direkomendasikan untuk membantu Om Benny. Utamanya melakukan asistensi pelatihan di unit pertahanan. Selebihnya, saya tetap menunggu instruksi dari Om Benny soal menu dan porsi latihannya,” ujarnya.
Kini, Sudirman menukangi Persija Jakarta, tugas yang diembannya cukup berat, mengingat pelatih pendahulunya, Ivan Kolev dan Julio Banuelos, harus hengkang karana tak mampu memperbaiki posisi Persija, padahal tahun sebelumnya merupaka juara bertahan Liga 1.
Terhadap tugas ini, Sudirman bertekat untuk memberi bukti. Sudirman bertekad untuk membawa Persija Jakarta bangkit. Setidaknya, tiga poin melawan Barito Putera adalah target yang tak bisa ditawar.
“Tentu pada pertandingan ke depan saya ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Semoga dapat terlaksana dengan baik,” kata Sudirman.
Tugas pertama sudah dilaluinya dengan baik, debutnya telah membawa Persija unggul 1-0 atas Barito Putra dalam laga di Stadion Patriot, Bekasi, Senin (23/9/2019). (poskota)
Comment