Depokrayanews.com- Nama Diana Dewi tiba-tiba menjadi pembicaraan banyak orang di Kota Depok, ketika dia menggelontorkan dana pribadinya sebesar Rp 1 miliar untuk penanganan virus corona atau covid-19 di Kota Depok. Bantuan itu dalam bentuk dana tunai, ribuan alat pelindung diri (APD) dan ribuan alat rapit test.
Selama pandemi Covid-19, Diana Dewi tidak hanya menggelontorkan bantuan di Kota Depok, tapi juga di Bekasi dan Jakarta, totalnya sekitar Rp 6 miliar.
Tadinya tidak banyak yang tahu kalau Ketua Kadin DKI Jakarta periode 2019 – 2024 itu adalah warga Kota Depok. Ini membuktikan bahwa di Depok banyak tokoh-tokoh nasional, baik dari kalangan pengusaha, akademisi maupun birokrasi. Tinggal bagaimana mengajak tokoh-tokoh itu secara bersama-sama membangun Kota Depok.
Apalagi di Depok ada 2 perguruan tinggi berskala internasional yakni Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gunadarma. Kalau semua potensi itu bisa dimanfaatkan dengan baik, sebenarnya Kota Depok bisa menjadi percontohan di tingkat nasional dalam segala aspek, seperti ekonomi, teknologi dan budaya.
Diana Dewi, satu dari ribuan SDM potensial yang ada di Kota Depok. Kalau Diana Dewi benar-benar bisa terjun memimpin Kota Depok bersama KH Mohammad Idris, maka semua potensi dan jaringan yang dimiliki Diana Dewi bisa dimanfaatkan untuk membangun Kota Depok yang tertinggal jauh dibanding daerah tetangga, seperti Tangerang Selatan, Bogor dan Bekasi.
Latar belakang Diana Dewi sebagai pengusaha, akan menjadi darah segar bagi Kota Depok untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menggerakan UMKM supaya berdayaguna dan mandiri. Merangkul investor untuk bisa ikut membantu pembangunan di bidang infrastruktur dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) tidak dengan cara sederhana: menaikkan tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), tapi lebih dari sekedar itu.
Menjadi Ketua Kadin di DKI Jakarta bukan perkara gampang, tidak bisa sembarangan. Kualitas pribadi, kepribadian, struktur dan bobot perusahaan tentu harus menjadi acuan. Apalagi DKI Jakarta tempat berkumpulnya pebgusaha-pengusaha papan atas.
Diana Dewi adalah CEO di 3 perusahaan di bidang trading dan logistik.
Kiprah Diana Dewi di dunia importir daging cukup mentereng. Lebih dari dua dekade Diana merintis usahanya hingga menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Kini, bisnis daging Diana telah menyebar ke sentero negeri.
Namun, tak banyak yang tahu jika di balik kesuksesannya, wanita kelahiran 27 Juli 1965 ini sempat pula mengalami jatuh bangun. Sebelum merintis usaha, Diana sempat bekerja di sebuah perusahaan.
Berbekal pengetahuanya dibidang marketing dan bisnis daging, pada Tahun 1998 Diana mendirikan PD Suri Garuda Jaya, dengan berjualan daging di garasi rumahnya yang saat itu masih di Cilangkap Jakarta Timur.
Mantap di bisnis daging sapi, Diana melebarkan sayap dan mengembangkan usahanya ke skala yang lebih besar dengan mengganti PD. Suri Garuda Jaya menjadi PT Suri Nusantara Jaya pada 2009.
Setelah berjalan beberapa tahun, bisnis daging sapi Diana berkembang pesat. Di 2009, Diana membentuk PT. Suri Nusantara Jaya.
Karena perkembangan bisnisnya, Diana Dewi kemudian membangun cold storage di atas tanah seluas dua hektar di kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Gudang daging yang dibangun dengan investasi Rp 150 miliar itu mampu menampung daging sebanyak 30.000 ton dan menjadi cold storage terbesar di Indonesia.
Kini, Diana Dewi menjadi seorang pengusaha sukses. Dengan dipercaya sebagai Ketua Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi ingin mengangkat derajat pelaku UMKM.
Ketika Indonesia dilanda pandemi covid-19 yang luar biasa, tergetak hati Diana untuk berbagi dari apa yang sudah dia punya. Bagi Diana, berbagi di saat banyak yang membutuhkan adalah sebuah kepuasan tersendiri.
“Masa sulit bisa berbagi Alhamdulillah. Sehingga, kita harus bersatu, wabah Covid-19 adalah tanggung jawab kita bersama, dengan bahu membahu dan terus berusaha, saya yakin warga Depok bisa melewati ujian ini,” kata Ketua Komunitas Depok Peduli itu. (despandri)
Comment