Depokrayanews.com- Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) membeberkan alasannya menerima suntikan vaksin Nusantara oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta pada Jumat 16 April 2021
“Saya percaya dengan vaksin ini karena memang saya percaya dengan kemampuan Dokter Terawan. Bahkan saya ini pernah hutang nyawa, karena beliau dengan metode “cuci otak”-nya pernah menyelamatkan saya dari serangan stroke yang fatal,” kata Ical melalui akun Twitter pribadinya @aburizalbakrie, Jumat 16 April 2021
Seperti diberitakan, Terawan Agus Putranto adalah menjadi salah satu tokoh yang menggagas lahirnya vaksin Nusantara. Bahkan Terawan langsung menyuntikkan vaksin tersebut kepada Ical di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.
Dalam cuitannya, Ical menceritakan bahwa dirinya pernah membela Terawan saat menjadi sosok yang kontroversial. Menurutnya, selama ini sudah banyak tokoh nasional yang pernah ditolong oleh pensiunan TNI tersebut.
“Menurut saya vaksin untuk Covid-19 tidak perlu dipertengangkan. Ini ikhtiar yang baik untuk kemanusiaan. Di Bulan Ramadan yang baik ini mari kita juga berdoa semoga pandemi Covid-19 segera teratasi,” tambah dia.
Terawan sendiri sempat menjadi kontroversi lantaran menggunakan metode cuci otak atau Digital Substraction Angiography (DSA) untuk menyembuhkan pasien stroke. Metode pengobatan tersebut disebutnya telah diterapkan di Jerman dengan nama paten ‘Terawan Theory’.
Pada Februari 2018, Majelis Kode Etik Kedokteran (MKEK) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sempat merekomendasikan sanksi pemberhentian sementara selama 12 bulan dan pencabutan izin praktek Terawan terkait kontroversi metode cuci otak.
Namun, IDI kemudian mengkaji ulang kasus tersebut dan sidang kemudian memutuskan untuk menunda sanksi tersebut. Terawan pun hingga sat ini masih menjadi anggota IDI.
Sejumlah tokoh nasional pernah menjadi pasien Terawan. Beberapa di antaranya, Mahfud MD, Ani Yudhoyono, hingga Prabowo Subianto.
Terkait vaksin yang digagas Terawan, BPOM menyatakan vaksin Nusantara belum lulus uji klinis fase I sehingga belum bisa mendapatkan persetujuan untuk fase II. Selain itu, vaksin Nusantara secara konsep juga dinilai belum valid, serta sejumlah data dianggap belum lengkap.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menjelaskan, beberapa temuan yang diperoleh pihaknya menunjukkan bahwa vaksin Nusantara tidak memenuhi kaidah klinis dalam proses penelitian dan pengembangan vaksin.
Lihat juga: Kepala BPOM soal Vaksin Nusantara: Saya Tak Mau Komentar Lagi
Ia juga menyebut vaksin Nusantara tak melalui uji praklinik terhadap binatang, dan langsung masuk uji klinis I terhadap manusia.
Selain itu, komponen yang digunakan dalam penelitian tidak sesuai pharmaceutical grade. Vaksin ini, menurutnya, juga kebanyakan impor sehingga tidak sesuai dengan klaim vaksin karya anak bangsa. (mad/ril)
Comment