DEPOKRAYANEWS.COM- Plang dilarang mendirikan bangunan, membuang sampah dan menjala ikan di kawasan situ berdiri di depan bangunan SMPN 13 Kota Depok, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok. Kawasan Situ Krukut kini berubah menjadi bangunan masyarakat dan perlintansan proyek Jalan Tol Depok-Antasari.
Plang bertuliskan larangan mendirikan bangunan, membuang sampah, serta menjaring di area situ berdiri di depan bangunan SMPN 13 Kota Depok. Lalu, di mana situ itu berada?
Mustari salah satu warga RT 5 RW 1, Kampung/Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, mengatakan bahwa area bangunan sekolah dan rumah-rumah di sekitarnya merupakan kawasan Situ Krukut. “Enam belas hektare lebih dah (luas situ-red),” kata Mustari seperti diulis Pikiran Rakyat.
Bentuk Situ Krukut, katanya, memanjang dengan sejumlah pohon memayunginya. Kenangan masa kecil saat bermain di situ tersebut masih lekat di benak Mustari. Mustari kecil menghabiskan waktu berenang dan mencari ikan di sana. Anak – anak lainya ikut pula berenang dan merasakan kesegaran situ yang masih jernih. Pohon-pohon di tepi menjadi papan loncat bocah – bocah kampung menceburkan badan ke air.
Saat matahari terbenam, giliran ikan menjadi buruan warga. Di masa itu, Situ Krukut kaya akan berbagai jenis ikan seperti gabus, mujair dan mas. “Kalau malam (kami) suka nyari ikan pakai lampu karbit,” kata dia.
Budaya mencari ikan di malam hari dikenal warga setempat dengan istilah ngobor. Setiap tahun, warga juga memiliki kebiasaan menggelar Bedah Situ. Pesta rakyat itu dilakukan saat permukaan air Krukut surut dan ikan-ikannya bermunculan. “(Warga) pada bikin getek dari gedebok pisang,” katanya. Rakit batang pisang tersebut dipakai saat warga menjaring ikan.
Bedah situ pun diramaikan atraksi kesenian. “Sambil nanggap lenong, topeng, wayang,” ucapnya. Atraksi seni tersebut diyakini bakal membuat banyak ikan muncul. “Kalau enggak ada gituan, ikannya enggak ada,” ucapnya. Pemandangan asri Situ Krukut hanya terjadi pada sekitar 1970-an.
Pada 1980-an, warga mulai membudidayakan ikan dengan menggunakan bambu. Bekas tempat budidaya atau semacam keramba diisi tumpukan sampah dan tanah. Mulailah, Krukut mengalami reklamasi. Situ sengaja didangkalkan untuk kepentingan pendirian bangunan masyarakat.
Kini, situ menjelma menjadi ratusan bangunan berupa rumah warga hingga bangunan sekolah. Bekas situ hanya menyisakan sejumlah empang atau balong warga. “Tahun 2000 penuh rumah, yang ada paling empang penduduk, empang juga pada dijual beliin,” kata Mustari. Sisa situ hanya tinggal cerita setelah wilayah Krukut dilintasi proyek pembangunan Tol Depok – Antasari.
Mustari berharap, lenyapnya Situ Krukut jadi pembelajaran bagi pemerintah agar tak ada situ lain yang lenyap. “Jangan sampai hilang lagi,” tuturnya.
Kenangan Situ Krukut tempo dulu juga masih dirasakan warga lainnya, Nanih (53). “Kalau jaman dulu resep, beda jaman sekarang, gersang,” ujar Nanih dengan dialek Betawi Depok yang kental. Nanih masih ingat benar jenis pohon dan buaya yang kerap menyaru di tepiannya. Sampai sekarang, persoalan situ seolah tak ada habisnya di kota berikon belimbing tersebut.
Selain pencemaran dan pendangkalan, beberapa situ lain disinyalir telah beralih fungsi seperti Situ Ciming di Mekarjaya, Situ Bunder (Cimanggis), dan Telaga Subur (Rangkapan Jaya). Persoalan hilangnya aset pemerintah tersebut mengemuka dalam pembuatan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah di Depok pada 2015. Menjamurnya pemukiman serta kerusakan lingkungan yang terus terjadi barangkali membuat sejumlah situ tersisa bakal bernasib serupa. Menyisakan plang penanda tanpa ada wujud aslinya. (pikiranrakyat/red)
Comment