Oleh Dindin Machfudz*
Jurnalis Senior
PERANG itu menimbulkan kehancuran yang dahsyat bahkan super dahsyat. Lihat saja kondisi bangunan dan instalasi militer Ukraina di pelbagai kota negeri penghasil gandum itu yang dihantam rudal canggih Kinshal dan Iskander Rusia.
Sebetulnya perang tersebut tidak dikehendaki oleh sebagian rakyatnya yang seketurunan bangsa Rusia. Tapi sang Presiden bekas pelawak itu enggan bersilaturahmi dan berbicara baik dengan Putin sang Presiden Rusia. Zalensky malah memaksakan diri hendak bermesraan dengan NATO dan Amerika padahal posisinya persis di depan pintu Rusia pisan.
Sejumlah Marinir Ukraina dan pasukan infantri lainnya akhirnya menyerah saja kepada Rusia sebelum berperang, juga pimpinan militer dan intelijensnya berkolaborasi dengan Rusia, sementara warga lainnya memilih mengungsi ke negeri tetangga atau menyerah kepada pasukan Rusia dan segera menjadi warga Rusia saja tinimbang jadi relawan Ukraina.
Lihat juga dua kota di Jepang, Nagasaki dan Hiroshima, yang hancur dibom atom oleh Amerika Serikat bulan Agustus 1945 silam. Ledakan bom itu mengenyahkan satu jutaan penduduk kedua kota tersebut. Juga menyisakan derita berkepanjangan bagi penduduk lainnya yang cedera.
Lihat Afghanistan yang terus dirundung peperangan, baik dengan negara adidaya Amerika Serikat maupun Rusia. Akibatnya seperti dimaklumi, negeri para “Mullah” itu hancur-hancuran. Syukur, Amerika tahun lalu angkat kaki sebagai pecundang seperti tempo hari di Vietnam.
Lihat juga Gaza Palestina yang secara berkala digempur bom curah Zionis Israel, serta aneksasi Tepi Barat yang saat ini sedang dibom. Lihat juga Irak, Libya, Syria yang hancur-hancuran dibom dan diinvasi Amerika yang mendukung milisi ISIS yang didirikannya. Lihat juga korban Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang mengakibatkan terbunuhnya 40 jutaan jiwa dan 60-jutaan nyawa melayang di berbagai belahan dunia.
Anehnya, atau tepatnya “aneh bin ajaib”, dalam peperangan yang dahsyat di dunia tersebut hampir selalu termaktub atau terlibat dua pentolan negara Barat, yaitu pasukan Amerika dan Inggris. Di sisi lain ada Jerman yang juga blok Barat.
Lihat juga kekejaman dan keserakahan Belanda, Portugia, Spanyol, yang telah menyengsarakan dan menindas “nenek moyang” bangsa kita. Padahal Belanda yang menjajah kita selama 3,5 abad itu luas negerinya “seupil” saja (42,4 ribu km) di banding Provinsi Jawa Timur (47,2 ribu km) dengan jumlah penduduknya saat ini 17,5 juta jiwa atau 8% dari penduduk Indonesia, sementara ketika menjajah, menindas dan merampok kekayaan Indonesia terutama rempah-rempah, minyak bumi, emas, nikel, perak, timah, jumlah penduduknya diperkirakan baru sekitar 5 – 7 juta jiwa saja dengan rute perjalanan kapal laut firma dagang VOC mencapai durasi waktu 2 bulan antara Amsterdam – Banten dan Jayakarta sebagai bandar pelabuhan internasional yang ramai disinggahi kapal berbagai bangsa termasuk saudagar Arab di abad 13 – 17 Masehi.
Ironinya, “negeri kincir angin” ini pun pernah menjadi jajahannya Spanyol, Perancis, Jerman. Sementara itu Spanyol atau Andalusia pernah menjadi bagian taklukan dan teritorial penguasa Islam Dinasti Umayah abad ke 8 atau tepatnya per tahun 711 Masehi sejak pasukan pimpinan sang Legendaris Tariq ibn Ziyad mendarat di kota Toledo setelah menyebrang dari Afrika Utara lewat selat yang kemudian dinamakan Selat Tariq atau Gibraltar.
Jangan dilupakan, Amerika juga meninggalkan rekam jejak buruk berupa bekas penyiksaan kejam dan pemerkosaan di penjara Abu Ghraib Irak setelah mengebom negeri 1001 malam itu tahun 2003 dengan dalih karena negeri Saddam Husein itu memiliki senjata kimia, dan serta-merta menjarah barang-barang pusaka bersejarah koleksi museum setempat, serta di Quantanamo Kuba yang memperlihatkan penyiksaan di luar batas kemanusian alias kejahatan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM).
Hal serupa, yaitu kekejaman terhadap tahanan, juga dialami oleh para tahanan Muslim Uighur di camp Xinjiang RRT saat ini, dan tahanan Palestina termasuk anak-anak di berbagai penjara Israel. Juga perlakuan diskriminatif dan pelanggaran HAM di India dan Myanmar serta Bosnia terhadap umat Islam termasuk perkosaan terhadap kaum perempuan Muslimah.
Realitas tersebut de facto sangat berbeda sekali dengan Etika dan Adab Perang yang diyakini dan dijalankan oleh pasukan Muslim yang diajarkan langsung oleh Negarawan sejati kelas dunia, yaitu Nabi Muhammad Saw, beserta para Khalifahnya dan Panglima Perang Islam mumpuni sewaktu menghadapi pasukan Yahudi dan kaum musyrik di Madinah dan pasukan Romawi di Damaskus serta pasukan Persia di Nakhawand, Qadisiyah, Kuffah dan Basrah.
Bahkan sedemikian baik dan beradabnya perlakuan Islam terhadap tawanan, satu tawanan bekas komandan pasukan Persia bernama Abu Lu’luah Firoz, malah berbalik membunuh dengan pisau beracun Amirulmukminin Umar bin Khathab sewaktu sang Khalifah itu menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Nabawi tahun 644. Umar adalah sosok Negarawan yang kharismatik dan merupakan aset penting Islam yang telah membawa marwah Islam berkibar di 2/3 dunia dengan penampilannya yang sangat bersahaja dengan jubah satu-satunya miliknya yang bertambalan. Umar memiliki mata batin yang tajam hingga mampu melihat ribuan kilometer jauh ke depan, untuk memerintahkan pasukan Muslim : menyerang musuhnya atau menahannya sesaat.
***
APA dan bagaimana Adab dan Etika Perang dalam Islam itu sehingga mampu menghancurkan pasukan Romawi dan Persia yang tersohor kedigdayaannya?
Semenjak perang perdana, yaitu Perang Badar tahun 623 Masehi hingga di penaklukan Spanyol atau Andalusia tahun 711 Masehi oleh 12.000 pasukan Islam yang berakhir tahun 1492 sudah dibekali dengan norma dan kaidah penghormatan kepada kemanusiaan (HAM), hewan, tumbuhan dan alam.
Pertama, hal ini disebabkan ketertundukan total pasukan Islam kepada prinsip dasariah Islam sebagai “Rahmatan lil Alamiin”. Islam adalah Rahmat dan sekaligus kasih sayang bagi semesta alam beserta segenap makhluk Allah penghuninya. Pasukan Islam hanya memerangi prajurit musuh dan diharamkan membunuh perempuan, anak-anak, orang lansia, hewan piaraan dan tanaman sedang berbuah serta menyiksa tawanan atau prajurit musuh yang menyerah. Ketentuan perang ini bersumber dan bersandar pada landasan yang kokoh dan otentik yaitu firman Allah dalam QS Al-Anbiya/21 Ayat 107 : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Kedua, berpegang teguh kepada Konstitusi Negara yang dikeluarkan oleh Nabi Saw di Madinah yaitu Piagam Madinah tahun 623 Masehi yang isinya adalah penghormatan kepada nilai-nilai luhur kemanusiaan, kebebasan menjalankan syariat dan ritual agama masing-masing, persamaan hak dan kesetiaan warga Madinah kepada negara, serta hak dan kewajiban warga masyarakat Madinah dalam bela negara.
Ketiga, adalah setia dan taat kepada ketetapan universal yang termaktub dalam Khutbah Wada Nabi tahun 632 sehabis menunaikan ibadah Haji pertama dan sekaligus terakhir sebab beberapa bulan kemudian Sang Imam para Nabi itu wafat. Isi pesan Nabi tersebut adalah bahwa “Sesama Muslim adalah bersaudara” di mana pun dan kapan pun bagaikan satu tubuh dan satu jiwa. Hal ini selaras dengan pesan Allah yang abadi dalam QS Al-Hujurat/49 Ayat 10 : “Sesungguhnya sesama orang beriman adalah bersaudara.”
Keempat, landasan moral yang menjadi energi spesial pasukan Muslim adalah wahyu Allah yang termaktub dalam QS Al-Baqarah/2 Ayat 216 yang dengan lugas menyatakan : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
Kelima, Allah menegaskan : “Dan barangsiapa mundur pada waktu itu (perang), kecuali berbelok untuk siasat persng atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah Neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali,” QS Al-Anfal/8 : 16.
Keenam, Nabi Saw dalam hadisnya menegaskan bahwa lari dari medan perang adalah dosa besar. Hadis yang diriwayatkan dari Muslim itu selengkapnya adalah tujuh dosa besar yang terdiri dari : menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecualu dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan perang, menuduh perempuan mukmin baik baik berbuat zinah.”
Para prajurit Islam berprinsip “Menang perang atau mati syahid” dan karenanya tidak pernah terdengar ada pasukan Islam menyerah atau ditawan oleh musuh.
Pejuang Indonesia pun pernah menorehkan prestasi gemilang ketika berperang melawan pasukan Sekutu pimpinan Inggris yang baru saja mengantongi kemenangan Perang Dunia II di Pasifik, namun dipecundangi di perang rakyat semesta 10 November 1945 Surabaya, yang kemudian dijadikan Hari Pahlawan. Dua jenderal Inggris tewas terbunuh, yaitu Brigjen Mallaby dan penggantinya Brigjen Symonds dalam pertempuran heroik tersebut menyusul Fatwa Jihad oleh KH Hasyim Asy’ari bahwa perang melawan Sekutu dan NICA adalah Jihad fi Sabilillah dan barangsiapa gugur adalah mati syahid karenanya. Banyak kelompok masyarakat terutama dari kalangan pesantren kemudian mendirikan pasukan milisi yang gagah berani. Sebut saja Milisi Hizbullah, PETA, Heiho yang dilatih Jepang.
***
DARI serangkaian perang tersebut di atas, kita ingin tahu apakah gempuran pasukan Rusia di Ukraina akan berakhir dengan penangkapan Presiden Zalensky?! Lalu apakah pasukan Rusia akan bertindak seperti pasukan Amerika yang menghukum gantung Presiden Saddam Husein, atau seperti nasib Pemimpin Libya Moammar Qadhafi yang ditembak mati di sebuah selokan oleh pasukan milisi pro-Amerika?! Allahu ‘alam bishowab.
Perlu pula disebutkan di sini ihwal kehebatan dan keajaiban Ilahiah dalam Perang Badar tahun 623 Masehi antara pasukan Muslim yang berkekuatan 303 tentara nir pengalaman lawan 1000 tentara musyrik dan jahiliyah Quraish Mekah yang hebat di mana Nabi Saw berdoa dengan khusyuk. Doanya yang kemudian menjadi masyhur dan viral begini : “Ya Allah, tunaikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika golongan kaum Muslim ini binasa, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selama-lamanya”.
Lalu Allah menjawab munajat Nabi dengan firman-Nya : “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut,”‘ QS Al-Anfal/8 : 9). Allah kemudian menegaskan : “Maka sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar, tetapi Allah yang melempar.
Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,” (QS Al-Anfal/8 : 17). Walhasil, orang Mukmin itu berjuang dan berperang bukan semata dengan kekuatan dzohirnya saja, melainkan juga dengan kedalaman batinnya. Allahu ‘alam bishowab.
*) Dindin Machfudz
Jurnalis Senior/Pemenang Lomba Karya Tulis tentang Kepolisian dan Kamtibmas, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) – LIPI 1985
Comment