DEPOKRAYANEWS.COM– Meski sudah beruang kali terjadi, banjir di Jalan Raya Margonda, terutama di depan Ciplaz Ramayana Kota Depok sampai kini tidak ada solusi. Sepertinya dianggap sebagai hal yang biasa dan tidak perlu diatasi. Setiap Kota Depok diguyur hujan, kawasan itu selalu digenangi air cukup dalam, padahal lokasinya hanya beberapa ratus meter di seberang Balai Kota Depok.
Terbaru banjir terjadi pada Selasa 6 Juni 2023 malam, setelah kota religius itu diguyur hujan pada sore hari. Dampak dari banjir itu menyebabkan kemacetan panjang sampai ke jembatan Universitas Indonesia (UI). Sehari sebelumnya, juga terjadi banjir di tempat yang sama.
Tidak jelas penyebab banjir tersebut, padahal pedestrian kawasan itu baru saja selesai dikerjakan tahun lalu dan baru selesai menjelang akhir tahun 2022. Sebelum pedestrian yang menelan biaya puluhan miliar dilaksanakan, kawasan itu jarang sekali banjir. Diduga ada tumpukan sampah atau bahan lain di saluran air yang tidak diperhatikan ketika perbaikan pedestrian itu dilakukan.
Banjir di kawasan itu sering jadi olok-olokan nitizen di media sosial. Bahkan kawasan Jalan Raya Margonda yang banjir itu dianggap sebagai objek wisata baru: Danau Margonda. Keluh kesah dan cemoohan warganet sangat menyakitkan kalau dibaca. ”Tapi sepertinya kritikan pedas dan tajam dari warganet itu dianggap hal biasa oleh Pemerintah Kota Depok sehingga tidak pernah ada solusi sampai kini dan entah sampai kapan,” kata Yoyok, seorang pemuda yang tinggal di belakang Ciplaz Ramayana.
Tahun ini, Pemerintah Kota Depok akan melanjutkan perbaikan pedestrian dengan anggaran Rp 18 miliar. ”Sebaiknya, sebelum pedestrian itu dirapikan, cek semua saluran air. Jangan hanya sekedar proyek-proyek, tapi proyek itu menimbulkan dampak negatif baru, seperti banjir.,” kata Sutanto, seorang pedagang di Jalan Raya Margonda.
Dia berharap semua bekerja profesional. Apalagi Dinas PUPR sering cek pekerjaan di lapangan. ”Di daerah lain, kepala daerahnya sering turun ke lapangan melihat pekerjaan yang tengah dilakukan. Ini orang Dinas PUPR saja jarang, semua diserahkan kepada pengawas. Kalau sudah banjir seperti di depan Ciplaz, siapa yang disalahkan. Nanti dianggarkan lagi membongkar pedestrian. Kan ga profesional, padahal pakai uang pajak masyarakat,” kata mantan pegawai salah satu kementerian itu.
Banjir yang dibiarkan berlarut-larut juga terjadi di Jalan Arif Rahman Hakim, tepatnya di turunan fly over. ”Masih banjir, kalau hujan, daerah ini masih banjir. Tidak ada solusi dari dulu, hanya sekedar ngecek, lalu petugasnya pergi. Kalau hujan, banjir lagi,”kata Diana, seorang pedagang makanan di Jalan Arif Rahman Hakim.
Banjir di kawasan itu sudah terjadi ketika periode pertama Mohammad Idris menjadi wali kota. Periode kedua sudah mau habis, banjir di kawasan itu tidak pernah selesai. ”Yah, udahlah, jangan banyak berharap, mereka pernah serius bekerja. Kalau serius pasti sudah bisa diatasi. Katanya banyak orang hebat, tapi mana hasilnya,” kata Diana lagi sambil menyuci piring. (ril)
Comment