by

Ambar, Pejuang Batik Warna Alam dari Depok

Ambar ketika menjelaskan batik kepada Walikota Depok Mohammad Idris.
Ambar ketika menjelaskan batik kepada Walikota Depok Mohammad Idris.

Depokrayanews.com- Batik Depok? Lho. memang ada? Pertanyaan seperti itu sering sekali terdengar ketika orang berbicara batik.

Tidak hanya orang luar, masyarakat Kota Depok sendiri banyak yang tidak tahu kalau Depok punya batik. Batik itu bukan dibikin di Solo atau di Pekalongan. Tapi dirancang dan diproduksi sendiri oleh orang Depok.

Paling tidak Depok kini sudah punya 4 pengerajin sekaligus pengusaha batik yakni Ambar (Puriambary), Suharno (Batik Tradjumas), Ratna S Wulandaru (Ratna) dan Kang Udien (Batik Sukma)

Karena baru ada 4 pengerajin sekaligus pengusaha batik, tidak gampang mempromosikan dan mengangkat batik ke permukaan supaya dikenal secara luas.

Perjuangan ke 4 pelaku ini tidak mudah, banyak rintangan. Dukungan yang diberikan Pemerintah Kota Depok pun begitu. Ibarat suhu, ada turun naiknya. Tidak stabil.

Tapi kondisi itu tidak membuat keempat pelaku itu surut. Apalagi kini sudah terbentuk Komunitas Batik Depok (Kombad) yang diketuai Ambar. Jadi perjuangan bisa dilakukan bersama-sama, tidak lagi sendiri-sendiri seperti dulu.

Nama Ambar sudah begitu familiar di Depok dan Jakarta. Badannya kecil tapi lincah. Batik yang diproduksinya pun bukan sembarangan. Tapi batik warna alam, yang tidak banyak dipunyai daerah lain.

Ambar sangat marah kalau ada yang bilang Depok tidak punya batik, karena sebagian hidupnya kini disumbangkan untuk membuat dan mengangkat Batik Depok.

Hatinya sakit ketika ada yang mencemooh, tapi Ambar tidak peduli. “Apapun yang terjadi, Batik Depok harus maju,” kata Ketua Komunitas Batik Depok (Kombad) itu.

Meski baru beberapa tahun belakangan menggeluti bisnis batik secara serius. tapi Ambar paham betul bagaimana proses membatik dari awal sampai diproduksi.

Apalagi jenis batik yang dikembangkan Ambar adalah batik warna alam, yang tidak banyak diminati karena pengerjaannya jauh lebih sulit, butuh waktu lebih lama dan penuh kesabaran. Tidak heran kalau harga batik warna alam ini jauh lebih mahal.

“Pewarnaanya menggunakan ekstrak kayu kulit daun buah. Jadi warna yang dihasilkan tidak secemerlang sintetis yang ngejreng-ngejreng.” kata pemilik batik dengan brand Puri Ambary.

Inilah contoh batik warna alam yang diproduksi Ambar.
Inilah contoh batik warna alam yang diproduksi Ambar.

Bagi Ambar, menjual batik pewarna alam dengan harga Rp 600.000 sampai Rp 1.500.000 merupakan tantangan tersendiri.

Tapi bagi pencinta batik dan yang mengerti batik, sangat memahami kalau batik warna alam itu lebih mahal harganya, karena ramah lingkungan dan pengerjaannya jauh lebih sulit.

Pemasaran yang awalnya hanya diantara keluarga saja, kini sudah sampai ke Jakarta. Sudah sering Ambar ikut pameran di Gedung Smesco dan Kementerian Perindustrian

Bahkan ketika mengikuti bazar di Kementerian Perindustrian, ada kejadian yang tidak bisa dilupakan Ambar, yakni ketika semua batik yang dipajangnya diborong oleh seseorang.

Mendalami batik membuat Ambar lebih mengenal budaya Indonesia masa lampau hingga sempat terbersit keingininannya untuk menulis sebuah buku mengenai batik. (and)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *