Depokrayanews.com- Batik Depok harus bisa menjadi tuan di daerahnya sendiri. Karena itu, semua pihak harus mendorong dan membantu agar Batik Depok bisa berkembang.
Demikian benang merah dari pertemuan Komunitas Batik Depok dengan Ketua Umum Komunitas Disainer Etnic Indonesia (KDEI) Raizal Boeyoeng Rais di Resto Kashanti, Senin (3/4/2017).
Hadir pada acara itu anggota DPRD Kota Depok Reinova Serry Donie, Kepala Bidang Industri Dinas Perdagangan dan Industri Pemkot Depok, Catur Sri Astuti dan 15 pengusaha batik dan aksesoris batik.
Komunitas yang baru terbentuk satu bulan itu bertekad untuk mengembangan Batik Depok, tidak hanya sekedar fashion, tapi juga aksesoris.
“Anggota komunitas ini ada 15 orang, yang terdiri dari pengusaha batik dan aksesoris batik,” kata Ketua Komunitas Batik Depok, Ambar.
Dari jumlah itu baru 3 yang benar-benar mengembangkan usaha batik, termasuk membuat disain atau motif batik, seperti batik pewarna alam, batik Gong Sibolong dan Batik Topeng Cisalak.
Ambar mengakui Batik Depok belum berkembang baik, karena Batik Depok belum mendapat perhatian dari banyak pihak. “Batik Depok belum dikenal dan dipakai oleh orang Depok,” kata Ambar.
Sebelumnya Pemerintah Kota Depok pernah membuat lomba disain Batik Depok yang diikuti lebih dari 100 disainer. Tapi kemudian dipilih 10 terbaik yang kemudian dipatenkan.
Tapi batik yang dipatenkan itu tidak pernah diproduksi,apalagi di jual di Depok kecuali 2 disain yang dipakai untuk seragam aparatur sipil negara (ASN) Kota Depok.
Anggota DPRD Depok Reinova juga kaget Depok sudah memproduksi batik sendiri. “Yang saya tahu selama ini Batik Depok diproduksi di daerah lain,” kata Reinova.
Setelah ditunjukan beberapa batik yang diproduksi di Depok, Reinova langsung bersemangat. “Wah, kalau gitu harus kita kembangkan. Sekarang apa permasalahannya,” kata Reinova.
Ratna yang mengembangkan Batik Gong Sibolong mengatakan ketersediaan bahan baku menjadi persoalan utama.
“Kami tidak bisa melakukan proses pewarnaan di Depok, karena tidak dapat izin amdal dari Pemkot Depok, akhirnya kami lakukan di Bogor. Kami sewa tempat bersama teman-teman di Bogor,” kata Ratna.
Karena itu, kata Ratna, pihaknya tidak bisa menyiapkan bahan baku dalam jumlah banyak dan itu berpengaruh terhadap proses produksi batik.
Menanggapi informasi itu, Reinova berjanji akan mengecek Perda RT RW, di daerah mana yang memungkinkan dilakukan proses pewarnaan bahan baku batik itu di Depok.
Soal pemasaran, menurut Ratna, tidak sesulit penyediaan bahan baku, karena disain Batik Depok sudah mulai dikenal di luar, termasuk di luar negeri. Tapi karena produksinya masih terbatas, tidak bisa melakukan pemasaran secara luas.
Hal itu diakui Idawati yang mengembangkan aksesoris dari bahan batik. “Saya banyak permintaan tas tangan bahan dasar batik, tapi karena produksi Batik Depok masih terbatas saya terpaksa menggunakan batik daerah lain,” kata Ida.
Raizal Boeyoeng Rais menyebut saatnya Batik Depok tampil dan bisa menjadi tuan di kotanya sendiri
Supaya gerakan memajukan Batik Depok lebih masif lagi, Boeyoeng mengusulkan agar dibuat lomba disain Batik Depok bagi siswa-siswa SMK jurusan tata busana.
“Ini penting, karena anak-anak muda itu yang akan meneruskan dan mengembangkan Batik Depok ke depan. Dari sekarang mereka harus dilibatkan,” kata Boeyoeng.
Boeyoeng berjanji akan membantu mendatangkan disainer nasional ke Depok untuk memberikan pelatihan membuat disain, membuat pola dan sebagainya.
Usulan Boeyoeng itu disambut oleh Kepala Bidang Industri Pemkot Depok, Catur Sri Astuti. “Baik, kalau begitu kita adakan acara semacam seminar untuk membahas pengembangan Batik Depok,” kata Catur. Menurut Catur pihaknya akan membantu pengembangan Batik Depok supaya bisa mendunia.
Dalam waktu dekat Komunitas Batik ini akan mengadakan audiensi dengan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian. “Kami berharap juga bisa bertemu Ketua Dekranasda Depok, Bunda Elly,” kata Ratna. (red)
Comment