Depokrayanews.com- Predikat Kota Layak Anak (KLA) Nindya yang dicapai bulan Juli lalu, memacu semangat Pemkot Depok untuk mencapai KLA Utama tahun 2019. Penilaian yang dilakukan tiap dua tahun sekali itu, diyakini hasilnya akan lebih baik dibanding tahun 2017 jika semua pihak terkait bisa bergandengan tangan.
Ketua Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Depok, Sri Utomo mengatakan, untuk meraih predikat tersebut ada beberapa hal yang harus diperbaiki terutama dalam memenuhi 5 klaster hak anak.
“Dalam klaster I misalnya, yang mengatur hak sipil dan kebebasan. Pemkot Depok ke depan akan lebih memastikan semua anak harus memiliki Akta Kelahiran secara gratis,” terang Sri Utomo, usai Rapat Koordinasi Gugus Tugas Kota Layak Anak, di Balai Kota Depok.
Untuk klaster II, Pemkot Depok akan bersiap dan memastikan adanya ruang bermain ramah anak, memastikan tidak ada perkawinan dini pada anak, dan pembuatan taman bermain yang lebih masif. Serta perlunya dikembangkan kegiatan terkait pola asuh anak yang baik.
“Kita akan lebih sering mengadakan seminar ketahanan keluarga, parenting, hingga Training For Trainer (TFT) mengenai pengasuhan anak,” kata Asisten Bidang Hukum dan Sosial itu.
Sedangkan, untuk evaluasi klaster III Pemkot Depok bakal mengembangkan Puskesmas Ramah Anak yang saat ini sudah tersebar di 11 kecamatan se-Kota Depok. Selain itu, kata Sri Utomo, juga akan ada pengembangan Posyandu Remaja di Kecamatan Cilodong.
“Pengadaan ruang laktasi di ruang-ruang publik pemerintahan maupun swasta, di kantor kecamatan, kelurahan, hingga pasar modern juga menjadi perhatian kami dalam peraihan KLA Utama,” kata dia.
Sekretaris 1 Gugus Tugas Kota Layak Anak Kota Depok, Elly Farida, mengatakan, mewujudkan KLA Utama menjadi tangggung jawab semua pihak. Karena itu, Elly Farida mengajak semua pihak memiliki kesadaran untuk melindungi anak-anak di Kota Depok.
“Kalau sudah seperti itu, anak-anak kita tentunya akan merasa aman di kotanya sendiri. Agar Kota Depok menjadi kota yang layak dan nyaman ditempati oleh anak-anak,” kata istri Walikota Depok Mohammad Idris itu. (ril)
Comment