DEPOKRAYANEWS.COM- Wakil Ketua III Dewan Minyak Sawit Indonesia Delima Darmawan membeberkan biang kerok kelangkaan minyak goreng yang terjadi beberapa waktu lalu.
”Setidaknya terdapat tiga alasan yang dapat menjelaskan masalah ini,” kata Delima Darmawan dalam webinar yang diselenggarakan Kadin Indonesia, Rabu 14 April 2022.
Delima kemudian membeberkan satu per satu yang menjadi biang kerok itu.
Pertama, regulasi pemerintah terkait minyak goreng yang berubah-ubah dalam waktu singkat sehingga membuat pasar minyak goreng menjadi tidak menentu dan beraturan.
Akibatnya, muncul spekulan yang memanfaatkan momentum sehingga terjadilah kelangkaan minyak goreng.
Kedua, kebijakan pemerintah yang pernah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng. Kebijakan itu menciptakan disparitas harga yang tinggi.
Ketika itu, HET minyak goreng kemasan ditetapkan sebesar Rp 14 ribu. Tapi, harga di pasaran sudah mencapai dua kali lipatnya. Dengan begitu, disparitas harga yang terlalu jauh juga membuat pasokan minyak goreng terhambat.
“Jadi banyak minyak goreng yang hilang dari jalur distribusi pasar yang seharusnya dan berubah ke jalur distribusi pasar spekulan,” kata dia.
Ketiga, kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. Hal ini membuat jalur distribusi tak merata, bahkan lebih condong terpusat di Indonesia bagian barat seperti Jawa dan Sumatera.
“Seharusnya distribusi minyak goreng merata ke semua daerah. Jadi kita perlu kerja sama dengan Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub agar dapat terdistribusi dengan baik,” katanya.
Menurut dia, kenaikan harga komoditas pangan dan energi juga menjadi alasan dibalik mahalnya harga minyak goreng.
Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) sejak awal tahun ini mengalami kenaikan. Pada Januari lalu, harga CPO masih berada di posisi US$1.350 per ton, namun dua bulan kemudian harganya naik 24 persen menjadi US$1.680 per ton. (mad/ril)
Comment