DepokRayanews.com- Sejumlah warga menyampaikan keluhannya karena akses jalan ke Kantor Kecamatan Limo,Kota Depok, masih tertutup cor-coran beton.
Tidak hanya itu, sejak beberapa hari terakhir di badan jalan ke kantor kecamatan dipasang pula papan pengumuman kalau di kawasan itu akan dibangun Pesantren.
Melihat kondisi seperti itu banyak warga yang merasa prihatin dan tidak nyaman datang ke kantor Kecamatan Limo.
Mereka mengeluh karena harus memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, beberapa ratus meter dari kantor kecamatan.
“Bukan apa-apa karena parkirnya sangat jauh, saya khawatir saja dengan mobil saya kalau kenapa kenapa karena tidak kelihatan dari kantor kecamatan, ” kata Irwan yang ditemui di kantor kecamatan, Rabu (18/4/2018).
Kekhawatiran yang sama juga disampaikan Rusmani, seorang ibu rumah tangga yang sedang mengurus surat keterangan usaha ke kantor kecamatan.
“Saya kaget saja pas mau masuk ke kacamatan, ada cor-coran beton pakai drum. Walah, bagaimana mau masuk. Akhirnya mobil saya parkir saja di depan cor-coran itu. Tapi jalannya jauh juga ke dalam,” kata dia.
Irwan heran kenapa ada warga yang berani bersikap seperti itu kepada pemerintah. “Ini kan membuat warga tidak nyaman berurusan ke Kecamatan Limo, ” kata dia.
Menurut Irwan, pemerintah harus bersikap tegas. “Masa gara-gara satu orang, mengganggu pelayanan publik. Kalau ada masalah silakan selesaikan, tapi jangan sampai mengganggu pelayanan, ” kata seorang pegawai swasta itu.
Akses jalan ke kantor kecamatan itu ditutup oleh Suganda, seorang dokter di rumah sakit angkatan laut.
Suganda mengklaim akses jalan masuk ke kecamatan itu tanah orangtuanya, Yoyok yang dibeli beberapa tahun lalu. Yoyok kabarnya kini sedang sakit sehingga tanah itu diurus anaknya, Suganda.
Sejak bertahun-tahun dijadikan akses jalan masuk ke kantor kecamatan, baru beberapa bulan terakhir ada penutupan jalan.
“Sudah 6 kali terjadi aksi penutupan jalan itu dan ini yang paling parah. Tidak mudah untuk membongkarnya karena coran beton di dalam drum ditambah tumpukan coran lagi di jalan, ” kata seorang penduduk setempat.
Kabarnya aksi penutupan jalan itu terjadi karena keluarga Suganda yang akan membangun kawasan perumahan merasa dipersulit oleh pihak kecamatan.
“Ya mereka sakit hati karena merasa dipersulit mengurus izin oleh pihak kecamatan, makanya mereka intinya minta ganti rugi atas tanah yang dipakai untuk jalan itu, ” kata warga tadi yang tidak mau disebutkan namanya.
Kini selain jalan diberi cor-coran, di badan jalan dipasang lagi papan pengumuman bahwa di situ akan dibangun pondok pesantren. “Ya, saya juga heran, setahu saya pemilik tanah itu non muslim, kok tiba-tiba ada papan pengumuman pondok pesantren,” kata dia. Papan itu baru dipasang beberapa hari belakangan. (mad)
Comment