Depokrayanews.com- Sebanyak 388 siswa kelas XII, SMA Negeri Depok tengah mengikuti ujian sekolah yang berlangsung sejak Senin (6/3/2017) sampai Kamis (9/3/2016) mendatang.
“Semua siswa kelas XII ikut ujian sekolah. kecuali ada beberapa orang yang sedang sakit,” kata Kepala SMA Negeri 5 Depok. Zarkasih kepada wartawan, Selasa (7/3/2017).
Selain 388 siswa SMA Negeri 5 Depok, ada 75 orang siswa SMA Terbuka yang dititipkan mengikuti ujian di sekolah yang terletak di kawasan Perumahan Bukit Rivaria,Sawangan, Depok itu.
Usai mengikuti ujian sekolah, 388 siswa SMA Negeri 5 Depok plus 75 siswa Sekolah Terbuka itu, akan mengikuti ujian standar nasional pada 20 Maret mendatang, kemudian ujian nasional pada 10 April 2017 mendatang
Menurut Zarkasih, pihaknya mendorong dan berupaya bagaimana semua siswa bisa mengikuti rangkaian ujian itu dengan baik dan tenang, supaya hasilnya maksimal.
Tahun 2016 lalu, hampir 65 persen lulusan SMA Negeri 5 Depok diterima di perguruan tinggi ternama di Indonesia. “Kita ingin prestasi ini ditingkatkan terus,” kata Zarkasih yang didampingi Wakil Kepala SMA Negeri 5 Depok, Tri Andoyo.
Menurut Zarkasih pihaknya tidak membebani apa-apa terhadap siswa yang mengikuti ujian, termasuk soal pembayaran iuran sukarela yang sudah disepakati para orangtua ketika pertama masuk SMA Negeri 5 Depok
“Kegiatan akademik, termasuk ujian sekolah, tidak akan dikait-kaitkan dengan iuran sukarela yang sudah disepakati orangtua ketika pertama masuk SMA Negeri 5 Depok,” tegas Zarkasih.
Begitu juga terhadap siswa kelas X dan kelas XI yang akan mengikuti ujian tengah semester (UTS) mulai Jumat (8/3/2017) mendatang.
“Semua siswa wajib hukumnya mengikuti ujian. Kami tidak melarang anak-anak ikut ujian, gara-gara belum membayar iuran sukarela,” kata Zarkasih.
Zarkasih merasa perlu menegaskan hal itu, karena sejak dua hari terakhir berdar kabar bahwa siswa SMA Negeri 5 Depok terancam tidak boleh mengikuti ujian karena belum membayar iuran sukarela.
Kemudian dikabarkan pula bahwa siswa akan dikenakan denda sebesar Rp 5.000 tidak membawa kartu ujian.
“Tahun lalu pernah kita terapkan dengan tujuan untuk mendidik anak-anak disiplin membawa kartu ujian. Uang itu kemudian diserahkan ke kelas. Hanya untuk mendidik disiplin saja, bukan bentuk pungutan atau membebankan siswa. Tahun ini tidak diberlakukan lagi,” kata Zarkasih.
Zarkasih menyebut iuran sukarela itu merupakan kesepakatan orangtua ketika pertama anak-anaknya masuk SMA Negeri 5 Depok.
Iuran itu disebut sukarela, karena pihak sekolah tidak memberikan patokan angka ketika orangtua mengisi formulir sumbangan, sehingga ada yang menulis Rp 50 ribu per bulan, Rp 100 ribu per bulan, bahkan ada yang Rp 200 ribu per bulan,
“Jadi besaran angka itu sukarela, tergantung kemampuan dan keikhlasan orang tua masing-masing,” kata Zarkasih.
Bahkan bagi keluarga yang kurang mampu, diberi kebijakan untuk tidak membayar iuran sama sekali.
“Di SMA Negeri 5 Depok, ada 20 persen anak kurang mampu, yang masuk melalui program Jamkesda. Bagi mereka, tidak ada kewajiban membayar iuran sama sekali,” tegas Zarkasih.
Zarkasih mengakui SMA Negeri 5 Depok masih membutuhkan bantuan orangtua murid, karena tidak semua kegiatan belajar mengajar, termasuk kegiatan ekstra kurikuler ditanggung oleh pemerintah.
Di SMA Negeri 5 Depok ada 25 kegiatan ekstra kurikuler dan membutuhkan dana yang cukup besar, apalagi kalau ada tim sekolah yang mengikuti lomba tingkat provinsi dan tingkat nasional. Bahkan ada tim kesenian yang mengikuti kegiatan sampai ke luar negeri.
Kemudian SMA Negeri 5 Depok juga membutuhkan dana untuk guru honorer yang mencapai Rp 60 juta per bulan.
“Makanya kami masih membutuhkan bantuan dari orangtua murid, yang sifatnya sukarela. Kalau tidak sangup juga tidak apa-apa, tidak ada unsur paksaan,” kata Zarkasih.(and)
Comment