DepokRayanews.com- Ketua Tim Penggerak PKK Kota Depok, Elly Farida menyebut masih banyak Lurah, RW dan RT yang belum paham Kota Layak Anak. Padahal Kota Depok sudah punya Perda Kota Layak Anak sejak Tahun 2013.
“Kalau saya turun ke lapangan, masih banyak saya temukan lurah dan RW dan RT, yang tidak paham Kota Layak Anak. Kalau saya tanya, dia bengong saja,” kata Elly Farida pada acara pelatihan Konvensi Hak Anak (KHA) yang diselenggarakan Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Pemkot Depok, di Cipayung, Kabupaten Bogor, Kamis (8/3/2018).
Karena itu, Elly Farida mengatakan akan lebih giat lagi turun ke lapangan melakukan sosialisasi Kota Layak Anak.
Apalagi di tingkat kecamatan dan kelurahan sudah dibentuk Gugus Tugas Kota Layak Anak.
Acara pelatihan yang diikuti anggota gugus tugas Kota Layak Anak di tingkat kecamatan dan kelurahan, sekolah ramah anak, PKK kecamatan, pusat pemberdayaan keluarga dan Forum Anak Depok itu, merupakan salah satu bentuk sosialisasi dan meningkatkan pemahaman aparat pemerintah di tingkat pelayanan tentang Kota Layak Anak.
Menurut Elly Farida banyak hal yang harus dikerjakan bersama-sama agar Kota Depok bisa meraih predikat utama Kota Layak Anak. Tahun lalu Kota Depok berhasil meraih predikat Nindya
Sosialisasi Kota Layak Anak harus terus dilakukan di berbagai lini, termasuk di sekolah, baik untuk guru maupun siswa melalui jalur OSIS.
Kepala DPAPMK Kota Depok, Eka Bachtiar mengatakan jumlah kelurahan layak anak di Depok mencapai 46 kelurahan. Padahal di Depok ada 63 kelurahan.
Kemudian jumlah RW ramah anak 167, dari total jumlah RW yang mencapai 908 RW. “Kita tarketkan setiap tahun ada penambahan 100 RW ramah anak, sehingga pada Tahun 2021 sudah ada sekitar 800 RW ramah anak.
Kemudian jumlah sekolah ramah anak di Depok baru 120 dari sekitar 400 jumlah sekolah. Kemudian Kota Depok sudah punya 105 taman bermain.
Asisten Bidang Hukum dan Sosial Pemkot Depok, Sri Utomo mengatakan definisi sederhana Kota Layak Anak itu adalah bagaimana anak merasa aman tinggal di sebuah kota.
“Mari kita lihat di sekeliling kita, apakah ruang belajar di sekolah sudah membuat anak-anak aman dan nyaman dalam belajar. Apakah infrastrukturnya seperti kursi meja dan sebagainya sudah ramah anak.” kata Sri Utomo. (red)
Comment