Depokrayanews.com- Matahari bakal tepat di atas Ka’bah, Makkah, Arab Saudi, pada Senin 27 Mei 2024 tengah hari. Fenomena yang disebut Rashdul Qiblah itu dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat kita.
Kementerian Agama pun akan menggelar pengukuran arah kiblat secara massal saat fenomena itu terjadi lewat gelaran bertajuk ‘Hari Sejuta Kiblat’. Kegiatan itu akan didaftarkan ke Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Kegiatan ini juga bertujuan untuk menguatkan ikatan dan rasa kebersamaan umat Islam di seluruh Indonesia melalui fokus yang sama terhadap arah kiblat. Kemudian menjadi refleksi dalam kehidupan spiritual sehari-hari,” kata Adib, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, seperti dikutip dari situs Kemenag, Rabu 22 Mei 2024.
Peristiwa itu disebut juga dengan Istiwa A’zam, yakni saat Matahari tepat berada tegak lurus di atas Ka’bah.
Secara astronomis, peredaran Matahari jika dilihat dari Bumi akan selalu berpindah sebesar 23,5 derajat ke utara pada Maret hingga September, dan 23,5 derajat ke selatan pada bulan sebaliknya.
“Ketika Matahari bergerak ke utara dengan posisi Ka’bah yang berada pada 21° 25′ lintang utara, maka otomatis pada waktu tertentu Matahari akan berada tepat di atasnya,” demikian keterangan Kemenag.
Pada momen inilah nilai azimut Matahari sama dengan nilai azimut lintang geografis sebuah tempat. Peristiwa ini juga disebut dengan hari tanpa bayangan (zero shadow).
“Karena saat Matahari tepat di atas ka’bah, maka membuat benda yang berada tegak dengan Matahari sehingga bayangannya menumpuk dengan benda tersebut, seolah tidak memiliki bayangan,” jelas keterangan itu.
Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam akun Instagram-nya, mengungkap momen ini terjadi dua kali dalam setahun.
Fenomena ini, kata ORPA BRIN, sendiri berkaitan dengan fenomena pergerakan Matahari yang disebut Kulminasi.
“Kulminasi secara umum sebenarnya merujuk kepada kondisi ketika Matahari mencapai titik tertinggi saat tengah hari. Istilah Kulminasi secara khusus merujuk pada kondisi ketika Matahari berada di titik zenit atau tepat di atas suatu lokasi di permukaan Bumi,” tulis lembaga eks LAPAN itu.
“Kulminasi hanya terjadi di wilayah yang terletak di antara dua garis balik, yakni Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Indonesia dan Ka’bah berada di wilayah tersebut sehingga kedua wilayah ini juga mengalami Kulminasi,” imbuh keterangan tersebut.
Fenomena zero shadow ini terjadi berbeda-beda di setiap wilayah, tergantung letak geografisnya. Melansir Arabnews, dalam satu tahun Masehi, Matahari dua kali singgah di atas Ka’bah.
Lazimnya, fenomena ini terjadi pada 28 Mei, tepat jam 12.18 waktu Makkah dan 16 Juli jam 12.27 waktu Makkah. Untuk tahun kabisat, termasuk 2024, peristiwa ini akan terjadi pada 27 Mei dan 15 Juli.
“Peristiwa Istiwa A’zam atau Rashdul Qiblat akan terjadi pada Senin dan Selasa, 27 dan 28 Mei 2024 bertepatan 18 dan 19 Zulkaidah 1445 H pada jam 16.18 WIB atau 17.18 WITA. Saat itu, matahari akan melintas tepat di atas Ka’bah,” ungkap Adib.
Di luar fenomena ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi arah kiblat, di antaranya ialah menggunakan kompas dan theodolite.
“Ini adalah waktu yang tepat bagi kita, umat muslim Indonesia untuk kembali mengecek arah kiblat,” kata Adib.
Cara mengecek arah kiblat
Untuk mengecek arah kiblat, kita perlu melakukan langkah-langkah berikut:
+ Gunakan benda tegak seperti botol, tongkat, kaleng, dan lain sebagainya untuk melakukan kalibrasi arah kiblat.
+ Selain benda tegak, benda yang digantung seperti bandul juga dapat digunakan untuk melakukan pengecekan arah
+ Permukaan harus datar.
+ Sesuaikan jam dengan BMKG, RRI, atau Telkom.
+ Untuk mengamati bayangan, benda tegak tersebut diletakkan di permukaan yang datar untuk mendapatkan hasil yang akurat.
(mad/cnn)
Comment