Depokrayanews.com– Jika kita masuk ke rumah makan masakan Minang, (di luar Sumatera Barat dikenal sebagai Rumah Makan Padang), maka akan ditemui sebuah foto lelaki tua, berkopiah hitam, berbaju putih dan sebuah sarung hitam melingkari lehernya yang dilepas ke bawah.
Lelaki tua itu adalah Ungku Saliah, seorang ulama yang sangat dihormati masyarakat daerah ini.
Lalu siapa Ungku Saliah? Mengapa fotonya sering terpajang di rumah makan?
Pengajar Kebudayaan Minangkabau di Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Muhammad Nasir mengatakan, Ungku Saliah merupakan sosok seorang ulama dan istimewa bagi masyarakat.
Beliau memiliki kharisma yang besar. Dalam diri beliau ada tiga sifat atau sosok yang bisa dilihat, yakni ilmu yang luar biasa.
“Kharisma yang muncul dari ilmu dan kepribadiannya serta karamah atau keramat yang ada dalam dirinya,” katanya di Padang.
Ia mengatakan, dalam kultur masyarakat Minangkabau, karamah atau keramat dalam khazanah masa lalu adalah hal yang kuat.
“Ini karena ulama yang memiliki keramat adalah orang yang berilmu dan memiliki kepribadian yang baik. Sehingga ulama itu dihormati karena ilmu, kepribadian dan keramat yang dimilikinya,” terangnya.
Keramat itu bagi masyarakat karena ia bisa berada di dua tempat secara bersamaan.
“Ini cerita turun temurun yang dipercaya masyarakat soal Beliau. Sehingga bagi masyarakat Minang ini adalah keramat yang baik dalam kehidupan,” terangnya.
Diakui Nasir, secara keilmuan sejarah, hal itu belum bisa dibuktikan, namun karakter ulama yang ada pada diri Ungku Saliah itu jadi keutamaan bagi orang-orang di masanya.
Berdasarkan hal itu kata Nasir, maka foto Ungku Saliah di pasang di rumah makan, yang kebanyakan orang Pariaman dan sekitarnya untuk menghormati Beliau.
“Menghormati ulama yang berkepribadian baik dan keramat serta mulia, yang tidak semua ulama memilikinya,” jelas Nasir.
Muhammad Nasir menyebut, foto Ungku Saliah diperkirakan diambil tahun 1971 atau tiga tahun sebelum Beliau meninggal dunia.
Foto itu diketahui juga tidak diambil oleh pihak keluarga, namun orang lain. Kemudian setelah ia meninggal, foto itu mulai dipajang oleh warga di beberapa rumah makan dan menjadi terkenal.
“Tapi bukan dijadikan jimat, namun sebagai bentuk penghormatan dan sebagai alat komunikasi bagi warga Minang yang merantau,” jelasnya.
Nasir menjelaskan, jika perantau melihat ada foto Ungku Saliah di rumah makan, maka bisa dipastikan pemilik rumah makan adalah orang Sumbar atau Pariaman.
“Jika dipanggil dengan “Ajo” dan ia mengiyakan, maka ia orang Pariaman, namun jika dia hanya diam berarti orang Sumbar dari daerah lainnya,” tuturnya.
Ungku Saliah diperkirakan lahir di Pasa Panjang, Sungai Sariak tahun 1887. Bapaknya bernama Tulih dari Mandailing dan Ibunya merupakan asli Sungai Sariak dengan Suku Sikumbang.
Ia berempat kakak beradik dengan nama Dawik. Diantara keempat saudaranya, hanya ia yang menjadi ulama. Ia meninggal pada 3 Agustus 1974.
Sumber:katasumbar
Comment