Depokrayanews.com- Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan penggunaan GeNose sebagai skrining awal Covid-19 untuk pelaku perjalanan tidak tepat karena tidak praktis dalam penggunaannya.
Ia juga menyebut GeNose juga tidak bisa digunakan untuk active case finding atau penemuan kasus baru.
“Walaupun GeNose sudah diteliti dan dikaji, tapi memang tidak praktis dalam penggunaannya, jadi memang tidak tepat, dan memang bukan sebagai active case finding,” kata Hermawan seperti silansir CNNIndonesia.com, Sabtu 23 Januari 2021.
GeNose sendiri memiliki beberapa kelemahan dalam mendeteksi virus corona. Pengetesan menggunakan GeNose pada seorang perokok atau seorang yang mengkonsumsi makanan berbau menyengat dapat mengurangi keefektifan GeNose.
Pengguna atau pasien yang akan menggunakan GeNose disarankan tidak mengkonsumsi apapun setengah jam sebelum tes pengetesan.
“Kalau [tes] GeNose itu syaratnya tidak boleh merokok, makan dan minum yang menyengat, jadi ini bukan untuk screening awal, tapi untuk penelitian dalam kondisi tertentu,” kata Hermawan.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane juga mengatakan GeNose tidak tepat jika digunakan sebagai screening penumpang.
Menurut Masdalina, ada banyak kelemahan dari alat tersebut, di samping efektivitasnya yang menurun jika digunakan pada perokok.
“Ada risiko menularkan pada orang lain yang ada di belakangnya,” kata Masdalina pada CNNIndonesia.com, Sabtu 24 Januari 2021.
Masdalina juga menyebut GeNose juga belum mendapatkan penilaian yang disepakati para ahli. Klaim efektivitas GeNose, menurut Masdalina, juga baru dikeluarkan oleh tim peneliti.
“GeNose belum menjadi standar dalam pengendalian, publikasi efektivitasnya juga belum rilis sampai saat ini, baru ada klaim sepihak saja dari peneliti,” tutur Masdalina.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan pemerintah akan menggunakan GeNose buatan UGM di sejumlah stasiun kereta api di Indonesia mulai 5 Februari 2021. Namun belum diketahui apakah tes menggunakan GeNose nantinya akan menggantikan rapid test antigen yang saat ini masih menjadi standar perjalanan kereta api.
Kemenhub masih menunggu persetujuan dari Satgas Coivd-19 dan masih perlu berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Setelah penggunaan di stasiun kereta api, selanjutnya penggunaan GeNose disebut Kemenhub akan diperluas ke bandara dan pelabuhan
GeNose adalah alat deteksi virus Corona (COVID-19) yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dengan menggunakan alat ini, deteksi virus corona (Covid-19) dilakukan dengan menghembuskan udara ke kantong yang sudah disiapkan.
Kemenristek sendiri menyebut GeNose sudah di-review oleh Komite Etik FK-KMK (Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan) UGM, tim independen uji klinis Dirjen Farmalkes Kemenkes, dan mendapat izin edar dari Kemenkes.
Comment