DEPOKRAYANEWS.COM- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok menghabiskan dana Rp 49 juta untuk memasang barcode pada 1.500 pohon yang ada di kota itu. Pemasangan barcode itu bertujuan untuk edukasi kepada masyarakat tentang nama dan jenis pohon.
Pohon yang dipasang barcode itu berada di jalur tengah Jalan Juanda dan Jalan Raya Margonda. Persisnya di area pembatas jalan, sehingga tidak memungkinkan masyarakat untuk membaca barcode tersebut, kecuali bila mendapat pengawasan khusus. Sebab Jalan Juanda dan Jalan Raya Margonda merupakan jalur pada lalu lintas setiap hari dari pagi sampai malam.
Program yang baru pertama dilaksanakan Pemerintah Kota Depok itu mendapat kritikan tajam dari masyarakat karena dinilai tidak efektif dan merupakan pemborosan.
”Masa pohon yang diberi barcode itu, posisinya di area pembatas jalan. Di tengah-tengah dan lahannya kecil dan sempit, sehingga tidak memungkinkan orang, apalagi pelajar atau siswa untuk ke sana hanya untuk membaca-baca barcode,” kata Wibowo, warga Jalan Juanda Kota Depok, Jumat 25 Nobember 2022.
Wibowo meski baru berusia 52 tahun sudah takut dan ngeri untuk menyeberang di Jalan Juanda, karena lalu lintas padat dan rata-rata kendaraan berkecepatan tinggi. ”Mana mungkin orang ke area pembatas jalan hanya untuk membaca barcode. Kalau berombongan 5 atau 7 orang saja sudah sempit, takut disambar kendaraan,” kata Wibowo.
Padangan senada juga disampaikan Nurlela, seorang pedagang makanan di sekitar Margo City. ”Heran saya. Baru kali ini ada program pemasangan barcode pada pohon-pohon yang ada di tengah pembatas jalan. Benar-benar tidak masuk akal. Siapa yang mau menyeberang hanya untuk melihat barcode,” kata mantan karyawan salah satu bank swasta itu.
Nurlela meminta agar Wali Kota Depok benar-benar memperhatikan program yang dibuat masing masing dinas. Jangan lihat angka anggaran saja. ”Cek donk. Semua program tentu ada tujuan, masuk akal apa tidak, membahayakan apa tidak. Jangan sekedar program yang menghabiskan uang rakyat,” kata Lela.
Randi, seorang pengusaha muda di Depok meminta program semacam itu tidak tepat sasaran dan hanya akal-akalan untuk mengeluarkan anggaran. ”Kenapa tidak pohon yang ada di ruang terbuka hijau yang diberi barcode. Atau pohon yang ada di dekat pejalan kaki,” kata Randi.
Apalagi dengan tujuan edukasi. Barcode yang dipasang pun tulisannya sangat kecil dan digantung dipohon. ”Lokasi pemasangannya tidak tepat dan cenderung mengada-ada. Konsep yang bagus, kalau diterapkan pada lokasi yang tidak tepat, akan terbuang percuma. Tapi kalau hanya sekedar proram tanpa memikirkan output dan dampak, silakan saja. Itu urusan mereka lah,” kata Randi. (ril)
Comment