Depokrayanews.com- Penyebaran Covid-19 di Indonesia sepertinya masih belum terbendung. Bahkan ada kecenderungan terjadi peningkatan, meskipun program vaksinasi telah dilakukan.
Data dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga Kamis 25 Februari 2021, menunjukan ada penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 8.493 orang dalam 24 jam terakhir, sehingga pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia mencapai 1.314.634 orang sejak kasus perdana diumumkan 2 Maret 2020 lalu.
Pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 pun bertambah sebanyak 8.686 orang. sehingga total pasien yang sembuh dari Covid-19 berjumlah 1.121.411 orang. Pasien yang dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19 juga bertambah 264 orang dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian total pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 kini berjumlah 35.518 orang. Kemudian yang suspek sebanyak 77.293 orang.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong memperkirakan, epidemi Covid-19 bisa berlanjut hingga satu tahun ke depan.
“Diperkirakan (wabah virus corona baru) akan berlanjut untuk beberapa waktu, satu tahun, dan mungkin lebih lama,” kata Lee dalam sebuah pidatonya.
Pendapat yang lebih mengejutkan datang dari Menteri Pendidikan Singapura Lawrence Wong. Dia memperkirakan butuh empat hingga lima tahun lagi sebelum pandemi virus corona (Covid-19) berakhir dan dunia dapat memasuki kondisi normal lagi.
Di Indonesia, tidak satupun yang berani menyampaikan prakiraan seperti itu. Yang ada hanya harapan agar pandemi Covid-19 segera berakhir.
Di tengah harapan yang sangat besar itu, muncul pertanyaan dari banyak kalangan tentang peran perguruan tinggi terhadap upaya penanganan dan penanggulangan Covid-19. Peran serta perguruan tinggi diharapkan bisa membantu mempercepat pemulihan kondisi.
Sejumlah perguruan tinggi sudah menunjukkan perannya, baik dalam bentuk terjun langsung ke lapangan maupun memberikan masukan-masukan kepada pemerintah.
Universitas Indonesia (UI) misalnya, sejak awal pandemi merebak di Wuhan, China, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan bahwa FKUI siap membantu pemerintah untuk menghadapi kasus Covid-19 ini.
Salah satunya adalah melalui kesiapan Laboratorium Mikrobiologi Klinik yang sudah terstandarisasi WHO dan mempunyai fasilitas pemeriksaan virus yaitu Biosafety Level 2 (BSL2) dan BSL3.
FKUI telah melakukan upaya edukasi kepada masyarakat dengan membuat beberapa seminar tentang wabah coronavirus.
FKUI bekerjasama dengan FTUI dan Fasilkom UI merancang pembuatan aplikasi untuk mendeteksi dini virus Covid-19.
FKUI juga melakukan penelitian riset terbaru mengenai Covid-19 di Indonesia yang berkolaborasi dengan RS Persahabatan, RSPAD Gatot Subroto, RS Sanglah Bali, dan RS Mattaher Jambi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, mengatakan bahwa UI terus melakukan pengembangan riset dan inovasi untuk membantu penanganan dan mitigasi pandemi Covid-19. Antara lain dengan meluncurkan ragam inovasi dari bidang kesehatan serta sains dan teknologi dalam tiga pengembangan, yaitu pengembangan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Pengembangan riset dan inovasi jangka pendek fokusnya adalah pencegahan penyebaran Covid-19. Sejumlah alat yang telah diluncurkan adalah Bilik Disinfeksi berbasis ultraviolet untuk mencegah transmisi virus Covid-19 yang diciptakan oleh tim peneliti Fakultas Teknik UI (FTUI), Fakultas Kedokteran UI (FKUI), FMIPA, Sekolah Ilmu Lingkungan UI (SIL UI), RSUI, serta Research Center for Biomedical Engineering UI (RCBE UI).
Kedua, alat ultraviolet disinfeksi peralatan medis oleh gabungan Tim peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI (FMIPA UI), FKUI, RSUI, SIL UI, dan Indonesia Medical Education and Reseach Institute (IMERI). Dan saat ini tengah dalam penelitian dan pengembangan berupa Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis karya inovatif dari FTUI, FKUI, dan RSUI.
Pengembangan riset dan inovasi jangka menengah fokus dalam menekan laju penyebaran Covid-19. Salah satu yang tengah diteliti dan dikembangkan adalah Instrumen Tes Cepat Covid-19 yang diciptakan oleh Tim peneliti FTUI, FKUI, dan RSUI.
Pengembangan riset dan inovasi jangka panjang fokus dalam menciptakan formulasi dan pengobatan Covid-19, yaitu pengembangan suplemen peningkatan imunitas tubuh untuk mencegah virus Covid-19 oleh gabungan Tim peneliti FTUI, FKUI, dan RCBE UI.
Hingga saat ini, para pakar FKUI dengan berbagai macam latar keilmuannya juga aktif dalam memberikan masukan kepada pemerintah, baik melalui pemerintah DKI Jakarta, Kota Depok, dan di tingkat nasional melalui Kemendikbud, Litbangkes, serta Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Sebagai bentuk Tridarma pendidikan, Universitas Indonesia (UI) pun berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok melalui Kampung Siaga yang siap dan tangguh dalam menghadapi Pandemi dan Bencana. Program yang menggali potensi masyarakat dalam lewel rukun warga dan rukun tetangga sangat efektif dalam mengidentifikasi warga yang terkan Covid-19, baik yang dengan gejala ataupun tanpa gejala (OTG).
Guru Besar Universitas Indonesia Prof Akmal Taher memberi masukan kepada pemerintah untuk mendorong peran Puskesmas supaya lebih maksimal. Menurut Akmal, peran puskesmas sangat krusial dalam penangana pandemi COVID-19. Ia pun mengusulkan agar tracing dan testing Covid-19 bisa dilakukan di Puskesmas.
Akmal menyebut, di Thailand terdapat 10 ribu puskesmas untuk 70 ribu penduduk. Sementara di Indonesia memiliki 10.300 puskesmas untuk 260 juta penduduk.”Puskesmas di Thailand memiliki peran yang sangat vital dalam penanggulangan wabah Covid-19,” kata dia.
Untuk lingkup yang lebih besar, para peneliti dan akademisi UI telah menyampaikan kajian dan rekomendasi untuk mengendalikan pergerakan masyarakat dan meningkatkan perilaku Menggunakan Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak (3M).
Hasil penelitian dan usulan kebijakan dari para akademisi UI yang diberi judul ”Menekan Laju Pertambahan Kasus Covid-19 dengan Mengendalikan Pergerakan Masyarakat dan Meningkatkan Perilaku 3M” itu disampaikan oleh Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap Covid-19 yang terdiri dari anggota lintas disiplin ilmu. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso hadir dalam penyampaian hasil kajian itu.
Dalam pemaparan itu, isu yang diangkat oleh Tim Sinergi Mahadata UI berhubungan dengan peningkatan kasus Covid-19 yang berkaitan dengan pergerakan masyarakat yang tinggi, data yang menjadi dasar pengambil kebijakan bervariasi, belum terkoneksi, terintegrasi, dan tersinkronisasi sehingga belum mewakili kondisi yang sesungguhnya.
Tim juga mengangkat isu pelaksanaan 3M dan Tes-Lacak-Isolasi (TLI) yang belum konsisten, peningkatan kasus Covid-19 berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi (ketahanan pangan dan ketenagakerjaan), dan desain kebijakan produk hukum pusat dan daerah belum sinergis berhasil menekan peningkatan kasus infeksi.
Beberapa rekomendasi yang diberikan oleh Tim Sinergi Mahadata UI antara lain perlunya meningkatkan perilaku di rumah saja (stay at home) dan meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam melakukan 3M, serta membatasi aktivitas masyarakat dan pergerakan ke luar kota.
Selain itu, diperlukan juga pembangunan sistem informasi data dan pusat data yang terkoneksi, terintegrasi dan tersinkronisasi, mengefektifkan TLI, dan akselerasi efektivitas penyaluran stimulus fiskal dan perlindungan sosial.
Dialog antara peneliti UI, akademisi UI, dan Kemenko Perekonomian tersebut mengerucut pada perlunya sinergi dan masukan kebijakan dari UI bagi penanganan Covid-19.
Pada kesempatan itu, Rektor UI Ari Kuncoro menyampaikan komitmen UI sebagai guru bangsa untuk terus menjadi mitra pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomian nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik apa yang telah dilakukan oleh peneliti UI dalam kontribusi pengetahuan yang diberikan kepada Pemerintah untuk membantu menangulangi pandemi Covid-19. Pihaknya mendorong diselenggarakannya pertemuan rutin dengan UI untuk membahas isu-isu strategis dan mengharapkan masukan kebijakan, untuk percepatan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Yang tidak kalah penting peran UI, adalah kehadiran Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) yang berada di dalam kawasan Kampus UI di Depok. RSUI merupakan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RS-PTN) pertama di Indonesia yang mempunyai konsep dan rancang bangun fisik dengan Konsep Hijau (Green Hospital Concept) yang ramah lingkungan dan berorientasi sepenuhnya pada keselamatan pasien.
Bangunan seluas 82.074 meter persegi yang berdiri di atas lahan seluas 106.100 meter persegi. Berbeda dengan rumah sakit lain, fitur keselamatan pasien dan kenyamanan bagi semua orang yang beraktivitas di dalam bangunan dengan kapasitas 300 tempat tidur ini sudah lebih terencana.
Selama pandemi Covid-19, RSUI menjadi salah satu RS rujukan pasien Covid-19 di Kota Depok. Pasien Covid-19 yang dirawat di sini tidak hanya berasal dari Depok, tapi juga dari daerah-daerah lain di Jabodetabek
Wisma Makara UI yang selama ini menjadi asrama mahasiswa, selama pandemi Covid-19 disulap menjadi tempat isolasi pasien Covid-19. Kesediaan UI memberikan Wisma Makara sebagai tempat isolasi diapresiasi oleh Pemkot Depok, karena tidak banyak yang bersedia memberikan gedungnya sebagai tempat isolasi, meskipun gedungnya dalam keadaan kosong.
(Desfandri).
Comment