DepokRayanews.com- Politisi senior PKS, Rama Pratama prihatin dengan maraknya praktik prostitusi di Kota Depok. Sebab, tagline Depok adalah kota religius yang sarat gimik dan simbol agama. Kasus prostitusi terus berulang sejak Tahun 2015 dan tidak pernah ada pernyataan sikap dari Walikota Depok, Mohammad Idris.
Menurut mantan anggota DPR RI itu, prostitusi seperti gunung es. Jika ada satu atau dua yang terungkap, maka entah ada berapa banyak praktik yang masih di bawah permukaan. Artinya entah berapa banyak perempuan menjadi korban dari eksploitasi seksual ini.
“Saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada jajaran Polres Depok. Setahu saya, belum ada pernyataan atau komentar dari Pak Walikota mengenai kasus prostitusi ini,” kata seperti dilansir radardepok.com, Jumat 7 Februari 2020.
Rama melihat prostitusi ada hubungan dengan maraknya pembangunan apartemen di Depok yang tidak dibarengi rekayasa sosial untuk tetap menghadirkan kontrol sosial. Apartemen menjadi tempat yang sangat tertutup dan seolah tidak bisa dijangkau oleh norma-norma sosial.
“Saya melihat pemerintah kota belum punya konsep yang jelas menangani masalah ini. Kalau kita baca di media, Pak Walikota bilang akan mengkaji untuk menutup salah satu apartemen karena dijadikan tempat prostitusi. Pelaksanaannya bagaimana? Padahal, para anggota DPRD sudah mendesak pemkot untuk bertindak tegas,” kata Rama.
Menurut Rama, Pemkot Depok telah mengobral izin pembangunan apartemen tanpa menghitung dampak sosial dan lingkungan dari pemukiman vertikal berukuran besar tersebut.
“Depok ini mau jadi apa? Saya sampai miris membaca ada berita di media yang judulnya ‘Wisata Berahi di Kota Religius’. Bagaimana kita harus menjelaskan persoalan ini kepada anak-anak kita? Sebagai orang tua dari anak-anak yang beranjak remaja, saya bisa merasakan kecemasan para orang tua melepas anaknya pergi ke sekolah atau bermain, karena kota ini ternyata tidak lagi aman dan ramah bagi anak-anak dan perempuan,” kata Rama.
Terkait dampak lingkungan dari maraknya pembangunan apartemen, menurut Rama, tidak ada kejelasan regulasi tentang bagaimana apartemen dengan ratusan kamar tersebut memenuhi kebutuhan air. Kalau dibiarkan apartemen tersebut menyedot air tanah, tentunya akan berdampak mengurangi ketersediaan air tanah bagi warga sekitar yang hanya menggunakan pompa air kecil.
“Pemkot mestinya fokus pada hal-hal yang substansial. Membuat regulasi yang tegas dan menegakkannya. Tidak perlu bikin gimik-gimik yang simbolik dan sloganistik seperti menyanyi di lampu merah misalnya. Toh, kemacetan di Depok tetap saja bikin pusing. Sementara Prostitusi ini adalah persoalan kemanusiaan. Ada manusia yang direndahkan harkat dan martabatnya, bahkan terancam keselamatan jiwanya. Jangan sampai ironi kota Depok yang diklaim religius ini terus terulang,” tegasnya.
Rama Pratama adalah salah seorang tokoh gerakan mahasiswa pada era Reformasi 1998. Pada masa itu, ia adalah Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia, Depok. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UI, ia melanjutkan pendidikannya di Pascasarjana Ilmu Politik UI dan kini tengah merampungkan studi doktoralnya, juga di almamaternya itu.
Pada 15 Januari lalu, Rama menyampaikan tekadnya mengajukan diri untuk menjadi calon wali kota Depok. Walau saat ini belum diusung oleh partai politik, pria yang telah menjadi warga Depok selama lebih dari 30 tahun ini optimis akan mendapat dukungan dari partai politik pada waktunya nanti. (ril)
Comment