by

RONTOKNYA SI GAEK PANJI GUMILANG

Oleh : Dindin Machfudz

ALHAMDULILLAH, wa Syukurillah. Itulah ungkapan yang pas untuk peristiwa penangkapan dan penahanan si gaek Panji Gumilang pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Selasa 1 Agustus 2023 kemarin.

Masyarakat, khususnya umat Islam, boleh bernafas lega dan senyum lebar. Sebab setelah guncang-guncangan oleh ulah pongah dan congkak si Aki yang mengaku dirinya Syaikh, hari ini boleh fokus kembali kepada isu sentral dan urgen.

Seperti isu kasus bancakan mega-korupsi BTS senilai 5 triliun rupiah yang menjadikan MenKominfo Johnny G. Plate sebagai Terdakwa dan kemudian menyeret sejumlah kader partai politik tertentu, juga pebisnis serta nama Menteri Olahraga yang baru menjabat 3 bulan, yang nyaris saja lolos dari cermatan publik.

Itu gegara meledaknya kasus Panji Gumilang yang sejak jauh hari memang mengandalkan gaya atau model komunikasi publik “Kapal Selam”, yaitu kapan kudu muncul ke permukaan dan kapan kudu tenggelam di bawah permukaan laut.

Kasus lainnya yang tersisih adalah polemik tentang JIS alias Jakarta International Stadium. Juga lolosnya RUU tentang Kesehatan menjadi UU Kesehatan di DPR RI, sebuah undang-undang yang sangat pro-oligarki dan berakhirnya kewajiban pemerintah dalam BPJS.

Selain itu Petisi 100 tokoh datang ke MPR untuk memakzulkan Presiden Jokowi, kasus korupsi di Basarnas yang melibatkan perwira tinggi berpangkat bintang tiga, kasus tak tercatatnya ekspor 5 juta ton nikel ke RRT, Kepres tentang ekspor komoditas pasir laut, dan perburuan buronan kader PDIP Harun Masiku.

Yang lainnya lagi, tentu saja tentang sepak terjang oligarki atau taipan yang kian ganas dalam caplok-mencaplok kekayaan sumber daya alam (SDA) kita.

Juga tentang syahwat 9 naga ini untuk masuk dan mengendalikan dunia perpolitikan dan tata kelola negara kita.

Termasuk hendak menjegal Capres Anies Baswedan yang kadung dicintai rakyat lantaran rekam jejak dan reputasinya yang hebat hingga ke mancanegara.

Akan halnya Panji Gumilang sendiri yang lulusan Sarjana Muda Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , adalah sosok yang terkesan “lihai” kayak “belut” dari jeratan hukum meski diakuinya dirinya pernah “ngendon” sepuluh bulan di penjara.

Kita berharap kali ini hukumannya akan lebih berat lagi.

Menuru Prof Dr Asep Usman Ismail, Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Jakarta, selain cerdik memainkan gaya “Kapal Selam” tadi, Panji adalah Imam NII (Negara Islam Indonesia) yang ke-4 atau 5 sesudah Karto Soewirjo (nama lengkapnya Sekarmadji Mardjan Kartosoewirjo, 1905 – 1962 yang meninggal dihukum mati) yang berpisah dengan Bung Karno karena perbedaan visi : yaitu yang satu ingin mendirikan NII, sementara yang satu lagi ingin mendirikan negara Republik.

Keduanya sama-sama murid tokoh Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi, sebuah organisasi pergerakan bangsa yang menentang penjajahan Hindia Belanda.Tjokroaminoto kelahiran 1882, wafat 1934.

Prof Asep juga menilai saat ini Panji seakan sedang mempraktikkan “diplomasi” layaknya seorang kepala negara untuk memikat Israel.

Dalam pandangan warga NII, Al-Zaytun adalah “ibukota negara”, yang posisinya strategis dan oleh karenanya pula untuk ibadah Haji tidak perlu lagi kudu ke Tanah Suci Mekah. Melainkan cukup di Al-Zaytun saja.

Ada pun perihal “setoran” para anggota NII, hal itu merupakan kewajiban yang targetnya ditentukan oleh “Imamnya”.

Sedangkan mengenai anak-anak muda yang menjadi anggota baru NII, sebagian bahkan merupakan mahasiswa aktif, hal itu merupakan bagian dari strategi Panji Gumilang.

Mereka yang direkrut rata-rata : siswa dan mahasiswa yang pintar, aktifis di sekolah dan kampusnya, paham agama, luwes, dompetnya tebal, syukur jika orangtuanya pun dermawan (Prof Asep UI dalam kajian Sabtu subuh Masjid Al-Muhajirin, Juli 2023).

Oleh karenanya kita berharap dalam kasusnya kali ini pihak berwajib sukses menjebloskannya ke penjara dengan durasi bui lebih lama.

Ia dijerat pasal penistaan atau penodaan agama, penipuan dan TPPU. Salah satu “cuap-cuapnya” adalah fatwa bahwa Al-Qur’an adalah kalam Nabi Muhammad Saw dan bukan kalam Allah.

Keruan saja cuap-cuap itu bertentangan dengan Ayat Allah yang suci yang berbunyi :
“Tho Ha, Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah, melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah, diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, yaitu Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy. Miliknyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di Bumi, apa yang di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah,” (QS Tho Ha, Ayat 1 – 6).

Selain itu si gaek ini juga bilang bahwa orang yang datang ke Masjid adalah orang-orang yang frustrasi, sholat itu tidak wajib, terakhir mengklaim dirinya bermazhab Sukarno dan komunis.

Jika Imam NII pertama SM Kartosoewiryo tidak berani melenceng dari Al-Qur’an dan Sunah Rasul-Nya, si gaek congkak dan jumawa ini terang-terangan melecehkan Al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya lewat fatwanya yang “slebor” dan “nyeleneh” yang memperlihatkan semata-mata kemusyrikan dan kedunguannya.

Alfa-Omega, berbagai ujarannya yang menyimpang dari ajaran pokok Islam tadi terutama dalam menafsirkan Al-Qur’an secara serampangan tanpa sanad, boleh jadi hal itu bersumber dari penyakit mental “megalomania” yang diidapnya serta boleh jadi pula tersebab level berpikirnya yang “Pre-Sains”.

Setidaknya bila kita merujuk kepada “Level of Thought” dalam Studi Logika Argumentasi dan Filsafat.

Memang, menurut studi Logika, dalam proses berpikir-kritis-logis-rasional dialektis terdapat oknum guru yang “disinyalir kerap menyimpang dari zona kebenaran dan memaksakan agar murid-muridnya menerimanya sebagai kebenaran sesuatu yang justru harus diuji kebenarannya”.

Hal itu muncul lantaran seorang guru tersebut “sok orisinal”. Juga disebabkan karena “kecongkakan”, yang dalam studi logika disebut “Praesumption est mater erroris” (Dr W. Poespoprodjo, Logika Scientifika, 1999).

Sementara itu menurut tinjauan studi ilmu Komunikasi, dari gaya “komunikasi verbal” dan “komunikasi non-verbalnya” si gaek Panji Gumilang itu terkesan fasih, percaya diri dan ceroboh. Mirip Bung Karno di era jelang meletusnya kudeta Gestapu PKI 1965.

Kondisi kejiwaan demikian tercipta lantaran tiadanya kontrol atau kendali dari pihak internal Al-Zaytun, semisal Dewan Syuro atau Dewan Pakar, Dewan Pengawas, Ombudsman, Dewan Komisaris. Juga tentu saja terbangun oleh motif kekuasaan (power), motif prestasi (achievement), motif kompetensi (competence), motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas, motif kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, motif kebutuhan akan pemenuhan diri , demikian ungkap pakar Psikologi Sosial Melvin H. Marx (Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cetakan ke-16, 2008).

Dalam konteks ini Menko Polhukam Prof Mahfud MD sempat berujar : “Sudah jelas, ada tindak pidananya.” Lantas, seiring dengan itu PPATK telah memblokir 256 rekening atas nama Panji Gumilang dan Al-Zaytun. Si gaek Panji Gumilang lantas mencak-mencak dan melayangkan gugatan 5 trilyun kepada Menko Polhukam yang ditangg api dengan enteng oleh pakar Hukum itu : “Silakan saja, saya akan melayaninya meski saya merasa tidak perlulah membaca gugatan itu.”

Tentu saja, yang memprihatinkan adalah komentar atau tanggapan atau kagumnya beberapa pegiat atau aktifis yang diundang hadir di acara 1 Syuro 1445 H Al-Zaytun, sebut saja pengamat militer Conny Rahakundini Bakrie.

Terutama atas kemampuan Al-Zaytun dalam hal membuat kapal ikan. Padahal kemampuan yang setara bahkan lebih sudah dibuktikan oleh “Manusia-manusia Bahari Nusantara” Bugis, nelayan berbagai pantai di Jawa dan Madura serta wilayah Timur Indonesia.

Bahkan Kerajaan Majapahit dengan reputasi yang hebat membuat kapal laut dengan ukuran raksasa mengalahkan kapal Portugis hingga mampu berlayar mencapai Madagaskar di benua Afrika sana.

Buat Mbak Conny kiranya dapat pula mampir ke candi Borobudur. Di sana ada relief kapal-kapal Nusantara.

Dalam catatan perjalanan Tom Pires “Suma Oriental”, sang penjelajah Portugis di abad ke-16, itu menulis tentang hebatnya pelaut-pelaut Sunda dan Jawa di lautan dan kapal-kapal besarnya yang mampu mengangkut seribu awak kapal.

Ringkasnya, leluhur atau karuhun kita sudah merajai lautan dan samudera.

Dewasa ini, bukan hanya membuat kapal laut, juga pesawat terbang seperti yang dilakukan oleh Suyanto dari desa Tronggalonggong Lumajang sekaligus membikin tiga unit dan diekspor ke luar negeri.

Desain pesawat dan proses merakitnya dilakukan sendiri. Juga seorang warga Cianjur Ujang Elan Kusmana lulusan SD mampu membikin pesawat sport di bengkelnya.

Bukan hanya membikin kapal laut dan pesawat terbang, anak bangsa kita secara mandiri juga mampu membikin robot AI dan robot lainnya.

Juga jangan lupa, mampu membuat bom sehebat bom Bali ala gerilyawan Afghanistan.

Ringkasnya, nalar dan skill tunas bangsa kita tidak kalah hebat oleh pekerja dari RRT atau Eropa dan Amerika Serikat.

Penulis usulkan pula, pengelolaan Ponpes Al-Zaytun selanjutnya diserahkan saja kepada Muhammadiyah yang sudah berpengalaman sejak sebelum Kemerdekaan RI 1945 dalam mengurus sekolah dan Universitas.

Selain itu, sungguhnya bilamana kita perhatikan sekilas saja, tindak-tanduk si gaek yang mengaku “Syaikh” ini mirip-mirip Syaikh Bal’am bin Ba’ura, satu dari dua “wali” Allah di zaman Nabi Musa As yang nyeleneh yang ilmu dan kedudukannya kontan dicabut oleh Allah Tabaraka wa Taala.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surah Al-A’Raf/7 ayat 175 – 177 :
“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka , berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing.

Jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. “

Kenapa Syaikh Bal’am bin Ba’ura dilucuti dan dikutuk Allah?! Tiada lain lantaran kecongkakan dan “mata duitannya” oleh sogokan penguasa Madain dengan orderan untuk mencelakakan dan membinasakan Nabi Musa As yang tengah mengunjungi wilayah itu.

Dia lupa diri bahkan “tak tau diri” bahwa targetnya kali ini adalah Nabi Utusan Allah.

Sedangkan posisinya jauh di bawah Nabi, yaitu “Wali”. Wali yang sebelumnya doa-doanya selalu “tokcer” dikabulkan Allah.

Tapi, tokh, posisi Wali tetap di bawah posisi Khidir, di mana sebagian ulama menyebutnya Nabi Khidir, sebagian lainnya memandangnya sebagai “Wali”. Allahu’alam bishowwab. **

Dindin Machfudz
Wapemred Majalah Eksekutif, 1990/Pengurus Pusat ISKI – Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1998 – 2008/Pemenang Lomba Karya Tulis PTIK – LIPI Tentang Kepolisian dan Kamtibmas, 1985

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *