Depokrayanews.com- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi kritikan Menteri Keuangan era Orde Baru Fuad Bawazier soal paket kebijakan stimulus ketiga sebesar Rp 405,1 triliun.
Sri Mulyani, menilai kritikan yang disampaikan itu menandakan Fuad Bawazier kebingungan memahami Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
“Ada salah satu bekas menteri menyampaikan, ‘oh belanja negara hanya tambah Rp 74 triliun, tapi pemerintah bilang Rp 405 triliun’. Itu karena dia kebingungan membaca APBN,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Kamis 30 April 2020.
Menurut Ani, sapaan Sri Mulyani, untuk menghitung besaran stimulus yang diberikan pemerintah, hitungannya tidak semata dilihat dari sisi belanja. Penerimaan yang berkurang karena pemberian insentif juga merupakan salah satu komponen yang semestinya juga dipahami sebagai stimulus.
“Stimulus itu bisa berasal penerimaan yaitu dengan melakukan revenue for gone atau tidak meng-collect pajak, stimulus bisa berasal dari belanja melalui tambahan belanja dan stimulus bisa berasal dari pembiayaan yaitu dengan melakuakn pencetakan surat berharga yang kemudian bisa ditempatkan di sektor usaha,” kata dia.
Pada sisi belanja, memang hanya naik di kisaran Rp 73,4 triliun dari target awal dalam APBN 2020 sebesar Rp 2.540,4 triliun. Namun di waktu yang sama pemerintah juga melakukan refocussing dan realokasi anggaran serta penghematan belanja.
Dari tiga kegiatan itu didapat angka sebesar Rp 95,7 triliun yang berasal dari seluruh kementerian lembaga. Angka itu muncul dari belanja barang yang turun Rp 52 triliun, pemotongan belanja perjalanan dinas Rp 33,6 triliun, barang lain Rp 18,2 triliun dan belanja modal Rp 42,6 triliun.
“Untuk pemotongan belanja modal kami sampaikan, dilakukan dengan tetap hati-hati, kami minta PUPR dan Kemenhub agar proyek tidak mangkrak, tapi mereka hanya melakukan slowing down atau perlambatan eksusinya atau multi years untuk diluncurkan tahun selanjutnya sehingga proyek tidak terhenti dan menjadi mangkrak,” kata Ani.
Sebelumnya Fuad Bawazier melontarkan kritik bertajuk ‘Stimulus atau Stimules?’. Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII periode 16 Maret 1998-21 Mei 1998 itu menyatakan pemerintah sejatinya hanya mengucurkan stimulus paket ketiga sebesar Rp 73,4 triliun, bukan Rp 405,1 triliun.
Hitungan versi Fuad ialah dari naiknya anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 167,6 triliun dikurangi dengan Anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa yang turun Rp 94,2 triliun. Dari hitungan itu didapat angka sebesar Rp 73,4 triliun dan dianggap sebagai besaran stimulus yang dianggarkan pemerintah. (mad)
Comment