Depokrayanews.com- Warga Kota Depok mengeluh habis, gara-gara selama dua hari lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah Kamis (13/5/2021) hingga Jumat (14/5/2021) kecametan kota religius itu sangat parah. Macetnya dari ujung ke ujung, termasuk di jalan-jalan di sekitar pemukiman.
Warga Kota Depok kemudian melampiaskan kekesalan dan kekecewaanya tentang kemacetan Kota Depok di media sosial, seperti FB, IG dan whatsApp group (WAG).
Kemacetan parah itu terjadi di Jalan Margonda, Jalan Tole Iskandar, Jalan Raya Sawangan, Jalan Kartini, dan dua ruas jalan yang selama ini disulap jadi jalan satu arah yakni Jalan Dewi Sartika dan Jalan Nusantara.
Pada hari pertama lebaran misalnya, warga Kota Depok yang bergerak dari kawasan Puri Depok Mas harus menempuh waktu 2 jalan perjalanan menuju Perumahan Telaga Golf Sawangan. ”Wah, ini sudah keterlaluan. Masa dari Puri Mas ke Telaga Golf harus 2 jam. Berapa bahan bakar yang terbuang. Berapa waktu yang terbuang. Pemerintah Kota Depok kenapa tidak peduli dengan kemacetan ini,” kata Liliana, warga Pancoranmas.
Keluhan senada juga disampaikan Arifin, warga Sawangan. ”Saya dari Parung Bingung mau ke Bedahan, satu jam lebih. Hallo, siapa yang peduli dengan kemacetan ini,” kata Arifin.
Macet parah juga terjadi di Jalan Tole Iskandar, dan Jalan Raya Sentosa. ”Waduh, muacettnya, ini sudah seperti parkir di tengah jalan,” kata Roby.
Hari kedua lebaran, yakni Jumat 14 Mei 2021 ternyata lebih parah lagi. ”Dari Telaga Golf ke RSUD satu jam bro, pingin rasanya jalan kaki saja, tapi siapa yang bawa mobil gue,” kata Zainudin, warga Bojongsari.
Kemacetan itu juga terjadi di jalan-jalan kecil di kawasan pemukiman warga. ”Tadi saya lewat Situ Sawangan ajah, macetnya. Dari pelosok-pelosong, gang kecil sampai jalan raya macet,” kata Lusiana, warga Durenseribu, Kecamatan Bojongsari.
Komentar agak santai ditulis Yono di WAG. ”Macetnya parah, medingan kelonan aja,” kata Yono.
Izniah, warga Cinangka menyebut, macetnya Kota Depok dari ujung ke ujung. ”Luar biasaa y, Depok macetnya dr ujung ke ujung,” kata dia.
Izniah mempertanyakan keberadaan petugas Dinas Perhubungan dan Polisi. ”Mana, petugasnya ga ada. Mengurai kemacetan diatur sendiri oleh warga. Nanti kalau terjadi keributan, baru dah aparatnya datang,” kata dia.
Yono menyebut pelebaran Jalan Raya Sawangan sudah mendesak untuk dilaksanakan. Jangan wacana dari tahun ke tahun dan jadi isu dari pilkda ke pilkada. ”Pemerintah Kota Depok jangan cari alasan terus kalau Jalan Raya Sawangan adalah jalan negara. Kita sudah tau, tapi kalau pemkot tidak pernah berupaya membebaskan lahan di kiri kanan, bagaimana pemerintah pusat mau mengucurkan dana untuk pelebaran jalan,” kata Yono.
Arifin tidak terlalu yakin Pemkot Depok mampu mendorong pemerintah pusat melebarkan Jalan Raya Sawangan. ”Underpass Jalan Dewi Sartika saja yang sudah disiapkan dananya oleh Pemprov Jawa Barat sejak 2 tahun lalu, sampai kini tidak ada tanda-tanda pembangunannya,” kata Arifin.
Roby menyebut Kota Depok butuh pemimpin yang kuat untuk bisa membangun Kota Depok. ”Depok butuh walikota yang punya jaringan, yang jago melobi Gubernur dan Menteri untuk mengucurkan dana ke Depok. Bukan sosok yang mencari kenyamanan dan tidak berani menanggung resiko. Butuh sosok walikota yang kuat, yang mampu membebaskan lahan tanpa gejolak. Dan yang penting mau turun ke masyarakat tanpa harus dilayani,. Walikota yang bisa berbaur dengan masyarakat tanpa sekat,” kata dia. (ril)
Comment